Di usia 24 tahun, Kabupaten Kuantan Singingi menggeliat. Sejak memisahkan diri dari Kabupaten induk Indragiri Hulu, negeri jalur ini berbenah. Pembangunannya termasuk salah satu yang pesat di antara kabupaten-kabupaten yang ada di Riau. Baik itu pembangunan jalan, ekonomi masyarakat dan tata letak kota yang rapi.
Gedung perkantoran misalnya. Di Kuansing, perkantoran dinas dengan menumpukan di satu wilayah tentu akan memudahkan masyarakat untuk mengurus sesuatu hal yang berkaitan dengan pelayanan umat.
Dodi Irawan SH I “Bakaghojoo” yang berdarah Kuantan Singingi ini menggantungkan harapan banyak tentang pembangunan Kuantan Singingi ke depan. Selain bidang pembangunan, potensi pariwisata di Kuansing juga menjanjikan.
Banyak objek wisata yang akan membuat negeri ini bisa melambung namanya di tingkat nasional. Yang paling besar gaungnya adalah Festival Pacu Jalur. Dengan ratusan ribu penonton setiap hari. Pacu jalur merupakan salah satu festival pengunjung terbanyak di Indonesia.
“Ini berpotensi tinggi untuk menarik wisatawan manca negara datang ke Kuansing. Sehingga, budaya pacu jalur menyapa dunia bisa terwujud,” kata Dodi Irawan.
Dengan menjadikan Kabupaten Kuansing sebagai negeri wisata, ekonomi masyarakat Kuansing akan tumbuh dengan sendirinya. Sebab, selain pacu jalur yang menjadi andalan, Kuansing juga kaya dengan objek wisata air terjunnya. Semuanya itu tidak kalah hebatnya dengan objek wisata di Sumbar.
“Ini yang harus kita rampas. Alihkan pengunjung Sumbar ke Kabupaten Kuansing,” harap Dodi Irawan.
Seperti diketahui, nama Dodi Irawan Bakaghojoo melambung saat pacu jalur, baik pacu jalur di Kabupaten Indragiri Hulu maupun pacu jalur di Kabupaten Kuansing. Banyak masyarakat ingin tau tentang sosok Dodi Irawan.
“Saya dari kecil paling hoby pacu jalur. Pernah menjadi pemacu dan tukang tari. Menjadi sponsor puluhan jalur, murni dari hoby. Ini budaya kita. Harus kita pertahankan dan kita promosikan,” sebut ayah tiga anak ini.
Banyak jalur binaan Dodi Irawan yang mendulang sukses tahun 2023 ini. Ini tentu bagian dari motivasi kepada jalur-jalur lain untuk berprestasi.
“Saya salut dengan budaya pacu jalur ini. Selain membawa marwah dan gengsi daerah, ternyata pacu jalur mampu mempersatukan masyarakat. Nilai-nilai adat istiadat yang dipertontonkan mambuktikan bahwa pacu jalur bukan sekadar mencari juara. Namun, lebih kepada rasa satu kekeluargaan yang tinggi,” kata Dodi Irawan.
Di ulang tahun ke 24 ini, Kabupaten Kuansing harus lebih dewasa, lebih hebat dan harus lebih mapan dalam segala hal. Pemerintah, masyarakat dan elemen lainya harus lebih kompak demi Kuantan Singingi yang lebih baik.
Di tanah kelahiranya, Baturijal Indragiri Hulu, Dodi Irawan Bakaghojoo sewaktu menjabat anggota DPRD Indragiri Hulu hingga sekarang sering menggandengkan suara hati melalui puisi. Puisi yang disampaikan Dodi Irawan merupakan puisi yang lahir dari kepedulian.
“Bagi saya, berkesenian ini harus punya tujuan. Tujuan utama saya adalah berkesenian yang menghasilkan perubahan. Karena sejak awal saya menjadi seniman atau anggota dewan di DPRD, saya ingin ada perubahan. Negeri saya berubah, dunia kesenian saya juga bisa mengubah,” kata Dodi Irawan.
Dodi Irawan mencotohkan, sebut saja puisi Kong X Kong. Puisi ini, terkesan sumpah serapah. Bersyair tentang tebing runtuh di Jalan Dwi Marta di Kecamatan Peranap, Inhu, yang runtuh berkali-kali dan bertahun-tahun. Tebing ini sering dikunjungi pejabat tapi tak pernah ada berkat.
“Alhamdulillah, tebing Dwi Marta kini sudah dibuat Jalan Elak menuju Kecamatan Batang Peranap. Bahkan bekas perusahaan kayu Dwi Marta ini, diturap dengan dana miliaran rupiah oleh pemerintah,” beber Dodi.
Puisi Berdentum Peranap Kelayang, bercerita tentang jalan provinsi yang hancur lebur disebabkan angkutan batu bara. Saking viralnya puisi ini, seorang seniman lagu, Duwai Edo Paragita sampai mengubah puisi tersebut menjadi lagu.
Lalu, lanjut Dodi, puisi Misteri Gerbang Pontong. Dari puisi ini, mengalir dana perbaikan senilai Rp3,5 miliar untuk pembangunan gerbang baru.
Puisi Setakoraya adalah puisi mengkhayal tingkat tinggi. Puisi ini menurut ia, sangat visioner bagi Desa Setakoraya. Masyarakat Desa Setakoraya mendapatkan buah manis, karena tangga batu di kampung mereka yang semula berjenjang tinggi, berubah menjadi oprid atau jalan Iandai. Oprid itu, memangkas jarak, menghilang gelap gulita dan mengubah jalan-jalan sempit serta jalan becek di tengah kebun.
Kemudian, puisi Pesajian. Ini yang jadi beban dirinyaselama ini. Kerena puisi yang dibuatnya tentang Desa Pesajian itu, sudah dijanjikan pihak Pemda Inhu untuk dibantu dalam pidato paripurna DPRD. Namun hingga kini, realisasinya belum tampak. Jembatan di desa mereka runtuh. Bahkan hari ini mereka lebih dekat ke Kabupaten Kuantan Singingi daripada ke Inhu.
“Saya pernah membacakan puisi ini sampai ke Taman Ismail Marzuki Jakarta. Di rapat paripurna DPRD Inhu, saya bahkan membuat dan baca puisi momerandum Pesajian di paripurna. Agar orang melihat dan sepaham membangun Pesajian,” kata Dodi Irawan.
Puisi Pesajian mengingatkan dirinya bahwa masih ada tugas tak tercatat dari seniman yang cinta perubahan, belum diselesaikanya. Begitu juga jabatannya di DPRD Inhu yang sudah di akhir jabatan.
“Bila saya tak di dewan Inhu lagi, saya tetap sebagai seniman, tapi utang saya pada masyarakat di Pesajian belum bisa saya lunasi. Karena palu saya sudah patah. Semoga penerus saya lebih garang dan peka lagi dalam bakaghojoo (bekerja),” harap Dodi.
Baru-baru ini, sebagai kecintaannya kepada budaya Kabupaten Kuansing, Dodi Irawan membuatkan sebuah puisi dengan judul ‘‘Embun Narosa’’. Dalam puisi ini, dia juga menyebut nama bupati Kuansing yang berani sebagai timbo ruang. Ia juga menyebut nama salah seorang komentator bernama Darwis yang piawai menyusun kata-kata.
Perjalanan Hidup Dodi Irawan Kecil
Dodi Irawan lahir di Baturijal Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu Riau, 7 Februari 1980. Ibunya berasal dari Kecamatan Inuman, Kabupaten Kuansing. Di desa penghujung Inhu yang berbatasan dengan Kabupaten Kuansing ini, dia tumbuh dan menghabiskan masa kanak-kanaknya.
Anak pertama dari tujuh bersaudara ini, lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tukang gesek kayu dan ibunya pembuat kerupuk untuk dijual. Sejak sekolah dasar di SD 06 Baturijal Barat, Dodi sudah berprestasi sebagai juara kelas. Dia pun dikenal sebagai anak yang pintar, rajin dan gigih.
Tamat sekolah dasar, Dodi masuk ke MTs YPI Miftahul Jannah di Peranap. Setamat MTs, Dodi meneruskan ke Aliyah di Pondok Pesantren Khairul Ummah, Airmolek.
Karena prestasinya di Aliyah, dia menjadi mahasiswa undangan dari jalur Penelusuran Bibit Unggul Daerah di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Dia pun mendapat beasiswa untuk mahasiswa berprestasi.
Selesai mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) pertengahan 2004, dia mengikuti pelatihan Pendidikan Bahasa Jepang di Bandung dan Jakarta sampai akhir 2004. Kemudian dia meneruskan S2 di Jepang, sembari magang di Perusahaan Toyota, Provinsi Aichi, Jepang hingga 2009.
Kembali ke Indonesia, Dodi diangkat menjadi direktur perusahaan PT Rijalstone BC yang bergerak di bidang pengadaan barang jasa, sewa alat berat dan perbengkelan sampai 2019. Akhir 2019 itu juga, Dodi terpilih jadi anggota DPRD Indragiri Hulu.
Ketika duduk di DPRD inilah, Dodi “mengulang kaji” dengan mengaktifkan hobi menulis dan berkesenian. Dia membuat novel, menulis puisi dan membacakan puisi-puisinya di berbagai kesempatan.
Bahkan 2021 lalu, Dodi tampil membacakan puisinya di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dalam memperingati HPI (Hari Puisi Indonesia).
Selain menjadi seniman, dia juga akan meneruskan karirnya sebagai wakil rakyat tahun 2024 dengan mempersiapkan diri mengikuti pemilihan legislatif untuk DPRD Provinsi Riau. Jika sebelumnya terpilih di DPRD kabupaten, kali ini dia akan adu nasib untuk tingkat provinsi.
Menurutnya, dengan menjadi anggota dewan, Dodi yang akrab disapa Al-Kindi oleh teman-temannya ini, akan lebih mudah untuk mengimplementasikan puisi-puisi yang dibuatnya. Karena puisinya, memang banyak mengarah kepada kritik sosial.
“Selamat HUT Kuansing ke-24. Semoga kabupaten ini menjadi lebih baik. Masyarakat sejahtera, ekonomi meningkat,” kata Suami Nuraina ini.(adv)