JAKARTA (RP) - Politisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari mengaku tak mempermasalahkan adanya bendera lokal seperti bendera Aceh yang mirip bendera Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Akan tetapi menurut Eva, dalam pembentukannya harus melalui proses yang benar. Proses tersebut, sambung Eva, dengan melakukan diskusi terlebih dahulu.
"Jadi kenapa gagal kemarin, karena ada sebagian masyarakat yang tidak direpresentasikan dengan gambar itu," ujar Eva kepada JPNN, Jumat (12/4).
Dia berharap hasil apapun yang didapat dari pembicaraan itu merupakan hasil dari proses yang demokratis. "Dengan demikian tidak menimbulkan konflik lagi," kata politisi PDI Perjuangan tersebut.
Dia mengaku tidak setuju jika lambang bendera Aceh yang semula berlambang mirip Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diganti dengan lambang Rencong. Pasalnya menurutnya hal itu melambangkan suatu kekerasan.
"Kalau saya perempuan jangan rencong lah. Jangan yang kekerasan gitu loh. Jadi harus simbol yang sifatnya mengayomi. Kan pasti banyak simbol. Enggak boleh dong hanya yang representasi machoisme. Kan harus feminin juga," tandasnya.
Seperti diketahui, Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Firdaus Syam, bendera yang mirip bendera GAM itu lebih bernuansa politis dibanding budaya. Karena GAM kata dia, merupakan gerakan separatis, yang masuk ranah politis.
Deputi Bidang Politik Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unas itu mengatakan, jika memang ingin menonjolkan simbol budaya, Aceh bisa menggunakan simbol-simbol lain karena bumi Serambi Mekah itu merupakan daerah yang kaya budaya.
Selain bisa menggunakan bendera Kesultanan Aceh seperti yang pernah mengemuka, Firdaus menyodorkan opsi, gunakan bendera bergambar rencong. "Rencong itu kan juga simbol budaya khas Aceh. Kenapa tidak?" cetus Firdaus. (gil/jpnn)