JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Airlangga Hartarto dan Bambang Soesatyo mulai bersaing merebutkan suara kader Partai Golkar. Namun, menurut survei yang dilakukan Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI), sebanyak 66 persen kader menginginkan Airlangga memimpin partai beringin kembali.
LKPI melakukan survei jajak pendapat kepada masyarakat dan kader di 478 kabupaten/kota di 34 provinsi pada 27 Juli-8 Agustus 2019. Sampel yang diambil sebanyak 2.450 responden dengan menggunakan metode cluster stage random sampling. Sampel itu diambil dari total pemilih Partai Golkar pada Pemilu 2019, yaitu 17.229.789 pemilih yang tersebar di seluruh Indonesia. Survei ini menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sekitar 1,98 persen.
Ketika responden ditanya seberapa puas dengan kepemimpinan Airlangga Hartato? Sebanyak 52,6 persen merasa sangat puas dengan kinerja Partai Golkar, sebesar 37,3 persen menyatakan puas, dan 7,7 persen mengaku tidak puas, dan selebih tidak menjawab.
Direktur Eksekutif LKPI Widodo Trisektianto mengatakan, mereka yang menyatakan puas dan sangat puas terhadap kinerja partai Golkar, mempunyai alasan tersendiri. Walaupun Partai Golkar diterpa banyak masalah, mulai kepemimpinan ganda sampai Setya Novanto ditangkap KPK, Airlangga dinilai berhasil menyelamatkan Golkar "Golkar tetap bertahan sebagai partai papan atas," terangnya.
Widodo mengatakan, dalam survei itu, pihaknya juga menemukan sekitar 88,7 persen responden yang menyatakan puas dengan kinerja para kader Partai Golkar yang berada di pemerintahan dan legislatif, mulai dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota.
Menurut dia, kepuasan ini tentunya berkaitan dengan kinerja kader yang bisa memenuhi aspirasi para pemilih Golkar. "Hanya 11,3 persen saja yang mengaku tidak puas," ucap dia.
Saat responden ditanya secara terbuka apakah Airlangga Hartarto masih layak untuk memimpin Partai Golkar kembali? 70,9 persen dari 2.450 responden menyatakan Airlangga dianggap layak untuk kembali memimpin Partai Golkar, sebanyak 10,9 persen menyatakan tidak layak lagi, kemudian 18,2 persen belum menjawab layak atau tidak layak.(lum/jpg)
Editor: Arif Oktafian