JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Menunggu aksi nyata Aung San Suu Kyi dan militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis Rohingya hingga saat ini membuat publik dunia hampir hilang kesabaran.
Hal itu dikatakan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman. Apalagi, katanya, pernyataan peraih Nobel Perdamaian yang kini menjadi pemimpin de facto di Myanmar itu tidak secara jelas menyinggung keselamatan bagi warga Rohingya.
Dalam pandangannya, sejauh ini masih ada aksi pembakaran rumah-rumah warga Rohingya. Oleh sebab itu, imbuhnya, harus ada aksi nyata dari pihak yang berkuasa di Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis muslim Rohingya.
"Korban jiwa juga masih berjatuhan. Ini sangat menyedihkan karena telah berlangsung lebih dari dua pekan dan tidak ada tindakan nyata dari pemerintah Myanmar," ujarnya di kantor DPP PKS, Jumat (8/9/2017).
Diterangkannya, langkah diplomasi yang dilakukan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi patut diapresiasi dan didukung. Akan tetapi, pendekatan itu masih belum cukup.
"Langkah soft diplomacy ini perlu ada timeline untuk bisa dievaluasi sudah seberapa jauh bisa menghentikan tindak kekerasan yang terjadi," sebutnya.
Lebih jauh dikatakannya, jika dalam waktu dekat tindak kekerasan terhadap warga Rohingya masih tetap berlangsung, perlu ada langkah lanjutan yang lebih kuat. Dia menyebut salah satu langkah lanjutan yang lebih kuat adalah dengan menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Darurat ASEAN.
Di sisi lain, mantan rektor Universitas Paramadina itu berharap Presiden Joko Widodo mengambil inisiatif untuk langsung membujuk para kepala negara di kawasan Asia Tenggara untuk menggelar KTT Darurat ASEAN.
"Jika perlu Indonesia bisa bertindak sebagai tuan rumah," tuntasnya.
Dia menyebut, PKS melalui Crisis Center for Rohingya (CC4R) secara intensif terus melakukan kajian dan evaluasi terhadap perkembangan situasi di Rakhine, Myanmar.(boy/fat)
Sumber: JPG
Editor: Boy Riza Utama