Pasca pelaksanaan acara tersebut, dirinya mengapresiasi kampanye akbar di GBK telah sesuai dengan prinsip dan ide yang diinginkan oleh SBY. Dia menimbang, salah satu segmen yang menunjukkan doa lintas agama pada kampanye akbar tersebut.
’’Kita sudah melihat hasilnya yaitu kampanye dilakukan dengan baik. Ber-Bhineka tunggal Ika, NKRI dan berindonesia raya. Bahkan ada pembacaan doa mewakili Kristen Protestan, mewakili Katolik dan seluruh perwakilan agama diundang. Itulah wujud dari ber-Bhineka Tunggal Ika,” terangnya.
Atas dasar itu, kata dia, seluruh saran yang diajukan oleh SBY sudah masuk kategori yang diharapkan. Di antaranya, membuat kampanye akbar yang menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. "Jadi tidak ada yang salah. Sebetulnya surat itu untuk internal. Saya tidak tahu bocornya darimana, tetapi itu kepentingan internal dan sudah dilaksanakan hari ini pada kampanye," katanya.
SBY meminta ketiga kadernya itu memberikan masukkan kepada Prabowo Subianto untuk melaksanakan kampanye yang lebih mengedepankan Kebhinekaan atau inclusiveness. Hal itu dibutuhkan demi mencegah demonstrasi identitas yang berbasiskan agama, etnis dan kedaerahan.
Protes yang dilakukan SBY setelah melihat rangkaian acara atau run down dari acara kampanye akbar Prabowo-Sandi. Dia tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang menjadi kesalahan dari run down acara tersebut. Bisa jadi, yang dimaksudkan SBY adalah acara tersebut terlalu menunjukkan nuansa ‘Islami’ dan tak universal terhadap seluruh agama.
“Pemilihan Presiden yang segera akan dilakukan ini adalah untuk memilih pemimpin bangsa, pemimpin rakyat, pemimpin kita semua. Karenanya, sejak awal “set up”nya harus benar. Mindset kita haruslah tetap “Semua Untuk Semua” atau “All For All”,” katanya.
Dia mengatakan, calon pemimpin harus memiliki cara berpikir dan tekad untuk menjadi pemimpin bagi semua. Atas dasar itu, kalau terpilih akan menjadi pemimpin yang kokoh dan berhasil.
“Pemimpin yang mengedepankan identitas atau gemar menghadapkan identitas yang satu dengan yang lain, atau yang menarik garis tebal “kawan dan lawan” untuk rakyatnya sendiri, hampir pasti akan menjadi pemimpin yang rapuh. Bahkan sejak awal sebenarnya dia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin bangsa,” ungkap dia.(**)