JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pengamat politik Ujang Komarudin menilai Nasdem akan menjadi partai yang mengkritik keras pemerintahan. Dengan begitu, Nasdem mengulang cerita lalu dengan mengikuti jejak PKS.
Di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY, menurut Ujang, PKS ialah partai koalisi pemerintah. Namun, pada praktiknya PKS acap kali mengkritik pemerintahan SBY.
“Artinya Nasdem akan bermain seperti PKS di era SBY. PKS ketika itu ada dalam koalisi SBY. Ada kader yang jadi menteri namun PKS sering mengkritik kebijakan-kebijakan SBY dari dalam. Nah sepertinya Nasdem akan mengulang sejarah PKS di masa lalu," ujar Kang Ujang saat dihubungi JPNN, Senin (4/11).
Lebih lanjut, Ujang menyebut Nasdem kecewa dengan postur kabinet Indonesia Maju era Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Terutama, ketika Presiden Jokowi tidak menunjuk kader Nasdem menempati pos kementerian strategis dan Jaksa Agung.
Dari situ, lanjut Ujang, Nasdem bermanuver. Partai yang dipimpin Surya Paloh itu menemui Partai Keadilan Sejahtera atau PKS yang notabene menjadi oposisi bagi pemerintahan Jokowi.
“Manuver Nasdem diawali dengan kekecewaan pada Jokowi karena postur kabinet dari kader Nasdem tidak menempati kementerian strategis. Ditambah lagi soal Jaksa Agung yang tadinya kader Nasdem diganti dan diberikan kepada PDIP,” ucap Ujang.
Menurut Ujang, Nasdem merasa sudah habis-habisan di Pilpres 2019. Nasdem merasa total mendukung Jokowi sehingga wajar mendapatkan lebih di kabinet Indonesia Maju.
“Nasdem yang merasa sudah habis-habisan dukung Jokowi, dibalas dengan ekspektasi yang tak sesuai,” lanjut dia.
Dalam pandangan Ujang, Nasdem memang tidak akan keluar dari koalisi pemerintahan. Manuver politik Nasdem, kata dia, tidak akan membuat partai tersebut menjadi partai oposisi.
Terlebih lagi, tiga kader Nasdem menjadi menteri di kabinet pemerintahan Jokowi. Nasdem tidak ingin kadernya melepas jabatan sebagai menteri.(mg10/jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal