Penuh Kontroversi
Penyelenggaraan Kongres HMI XXIX di Pekanbaru memang diwarnai kontroversi. Apalagi sejak beredarnya kabar Pemprov Riau, bersama DPRD Riau menganggarkan dana Rp3 miliar untuk pelaksanaan kongres. Sehari sebelum pembukaan, tepatnya Sabtu (21/11) malam, ribuan rombongan liar (romli) penggembira kongres asal Makassar tiba di Kota Bertuah. Dengan alasan pantia kongres tidak memberikan pelayanan kepada mereka, ribuan massa kemudian memblokade Jalan Sudirman dan melakukan aksi bakar ban. Tidak hanya itu massa juga melakukan aksi pengrusakan di GOR Remaja.
Selanjutnya malam hari setelah pembukaan, seorang mahasiswa Riau terkena sumpit di bagian punggung yang diduga dilakukan oleh massa romli asal Makassar. Pihak kepolisian pada Senin (23/11) pagi langsung melakukan sweeping di Gelanggang Remaja. Beberapa senjata tajam seperti badik, sumpit, parang, dan racun ditemukan.
Kericuhan juga terjadi Jumat (4/12) dini hari. Dua kubu yang tidak sependapat bahkan terlibat cek-cok. Kericuhan pecah, dua kubu massa saling lempar hingga keluar arena sidang bahkan kejalanan. Beberapa insfrastruktur GOR rusak, kaca pecah, kursi patah, meja patah. Pihak kepolisian yang berjaga berusaha melerai massa, tembakan peringatan pun diletuskan ke udara untuk menghentikan aksi tawuran.
Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Kepri, Munawir Mattareng mengatakan, pihaknya berusaha segera menyelesaikan kongres. “Kami selaku tuan rumah juga senantiasa berharap agar kongres kali ini berjalan dengan baik dan lancar. Kalau kerusuhan Jumat pagi adalah karena adanya perbedaan pendapat dalam kriteria calon ketua umum antara kawan-kawan dari Makasar dan Ambon. Untuk itu, kami sudah membangun komunikasi,’’ ujarnya.(egp/sol/dik/hsb)
