FESTIVAL BAKAR TONGKANG 2018 DI ROKAN HILIR

Sederhana nanMemikat Dunia

Pesona Indonesia | Jumat, 29 Juni 2018 - 11:34 WIB

Sederhana nanMemikat Dunia

Sebagai sebuah acara, prosesi pembakaran replika tongkang di Kota Bagansiapi-api, Rokan Hilir bisa dikatakan hanya kegiatan yang sederhana.Arak-arakan miniatur tongkang untuk kemudian dibakar jadi abu. Tapi maknanya jauh lebih dari sekadar rutinitas, banyak pesan tersirat di dalamnya. Belakangan, masuk kalender wisata nasional dan jadi daya tarik yang mendatangkan puluhan ribu wisatawan setiap tahunnya.

---------------------------------------------------------------------------

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

(RIAUPOS.CO) - Bagian depan replika To­ng­kang itu semakin atraktif. Tampilannya dibuat tiga dimensi. Seraut muka seperti singa terlihat, memiliki tonjolan di bagian hidung, alis, pipi yang sedikit menggelembung. Tidak lagi datar yang dihiasi dengan lukisan monoton.

Beberapa pekerja berada di lambung tongkang. Melihat dengan cermat setiap bagian. 

Semua ornamen dan simbol penting dipastikan tepat berada pada posisinya.  “Pengerjannya sudah selesai ini, besok dikeluarkan untuk di tempatkan di klenteng,” kata salah seorang tukang A Ta (59), Kamis (28/6).

Kendati berupa miniatur namun ukuran replika cukup besar, dengan jenis kayu, papan yang digunakan benda tersebut bisa saja dipergunakan dengan baik di perairan. Apalagi lengkap dengan layar terbentang.

Panjang tongkang sekitar 9 meter 60 cm, lebar 3 meter, kedalaman lebih dari 1 meter. Jika tak ada perubahan, kata A Ta, maka hari ini tongkang dikeluarkan menjelang persiapan hari puncak berupa pembakaran tongkang pada Sabtu (30/6).

Dikerjakan dalam jangka waktu lebih dari satu bulan, pembuatan miniatur tongkang ini bukan merupakan tugas mudah. Ia menjadi bagian utama dari prosesi iven Bakar Tongkang. Mengingat kesan pentingnya itu, untuk proses pembuatannya pun tidak sembarangan.

Bahkan sempat karena tidak memiliki kepala tukang yang andal, pembuatannya terhenti. Berhentinya pembuatan replika secara praktis membuat iven pembakaran tak dilaksanakan.

“Ada beberapa tahun tidak dilaksanakan,” ujar A Ta alias Saman.

Untunglah sejumlah pihak merasa terpanggil untuk menghidupkan kembali Bakar Tongkang, dan menyadari pentingnya sebagai budaya lokal yang perlu dijaga kelestariannya.  Bagaimanapun, terangnya, ada beban tanggung jawab yang besar terkait pekerjaan itu. Bukan hanya menuntut kemampuan mumpuni, tapi mengingat sejarah dan tradisi yang turut berkaitan.

Selain itu harapan masyarakat sangat besar. Setiap harinya ada saja yang datang melihat proses pembuatan replika tersebut. Belakangan bukan hanya warga setempat tapi juga wisatawan. Tempat pembuatan menjadi salah satu destinasi favorit para wisatawan untuk berfoto ria.

“Tidak boleh ada yang salah, makanya untuk kerja pakai coordinator. Ada yang bagian kayu sama Kim Lo, bagian kertas itu sama A Tian, bagian lampu saya dibantu anggota,” katanya. 

Ang Kim Lo (71) memasuki tahun ke-13 sebagai kepala tukang pembuatan replika tongkang.  Ia merupakan generasi kelima dari pembuat tongkang. Keahliannya diperoleh secara otodidak.

Sebelumnya sudah ada beberapa orang yang ditunjuk sebagai kepala tukang. Biasanya seorang kepala tukang memiliki durasi kerja yang tak singkat. Rata-rata di atas 20 tahun.  Ia mendapatkan keahlian karena lama bekerja di dok pembuatan kapal. Tahap awal, terangnya, adalah pembuatan lunas. Biasanya dari Meranti.  Ukuran lunas sepanjang 4 meter sementara panjang kapal sekitar 9 meter lebih.

“Untuk ukuran tidak harus sama setiap tahunnya,” kata dia.

Lonjakan Pendapatan

Langit cerah, udara terasa panas tengah hari tepat.  Klenteng Ing Hok King, terlihat semarak dibandingkan biasanya. Pengunjung terus mengalir menyambangi klenteng untuk berdoa sambil membawa hio. Tenda besar terpasang, umbul-umbul dan lapak penjual perlengkapan berdoa berjejer di sebelah kiri klenteng, dan meja-meja disusun rapi.

Beberapa penarik beca menunggu penumpang di depan klenteng.  Salah seorang di antaranya Asan. Penarik beca motor ini mengaku sudah mendapatkan jasa tumpangan sebanyak tiga kali sejak pagi.  “Sudah dapat tiga,” katanya semringah.

Berbeda dengan hari biasa, untuk mendapatkansatu penumpang saja  susah.  Pendapatan yang diperoleh pun sedikit, hanya puluhan ribu saja. Berbeda begitu memasuki waktu Bakar Tongkang. Tidak payah mencari penumpang, kata Asan, cukup duduk saja di becak nanti penumpang ada yang datang minta diantarkan.

Selain jumlah penumpang yang melonjak, tarif yang diterima pun relatif besar. Wisatawan luar biasanya tidak ambil pusing dengan ongkos beca, asalkan diantar cepat.  Bahkan ada yang memakai jasa beca dengan sistem rental seharian.

“Kalau hari lain kebanyakan kosong, terduduk saja awak di becak. Kalau dalam sepekan ini sedap, banyak tumpangan. Orang rumah pun senyum,” katanya.

Dalam sehari terangnya ia mengantongi ratusan ribu. Melonjaknya pendapatan ini dialami juga penarik beca motor, Amir. Warga Kepenghuluan Bagan  Jawa ini mengaku senang dengan keberadaan kegiatan Bakar Tongkang mengingat berimbas langsung pada pendapatan yang diperolehnya setiap hari. 

Jumlah penarik beca motor yang terhimpun di Ikatan Penarik Beca Bagansiapiapi (IPBB) saat ini lebih dari 400 orang, keberadaan iven ini diyakini mendongkrak pendapatan seluruh penarik bentor yang ada. 

Selain jasa angkutan ini, terdapat juga dengan cara sewa motor. Menurut penuturan salah seorang warga Bagansiapiapi, Indra setiap satu motor yang disewakan paling tidak Rp200 ribu dengan durasi sewa selama satu hari.   “Umumnya yang menyewa itu  pengunjung dari luar yang ingin bebas pergi ke tempat saudaranya yang ada di Bagansiapiapi,” katanya menilai. 

Semua Kamar Terisi Penuh

Lahan lain yang kecipratan berkah dari iven Bakar Tongkang adalah bisnis perhotelan atau penginapan. Semua kamar penuh, padat, tumpat terisi untuk durasi maksimal satu pekan, beberapa hari menjelang dan pasca Bakar Tongkang.

“Dari 64 unit kamar, dipastikan penuh, kecuali nantinya ada yang batal datang,” ujar resepsionis Hotel Kesuma, Tiara kemarin. Bagi yang batal menginap pun tidak masalah pasalnya pembayaran telah dilakukan. Hotel yang berdiri kurang dari lima tahun ini menjadi salah tempat yang menjadi sasaran bagi pengunjung.

Setiap tahun, terang Tiara, kamar yang tersedia dipastikan penuh. Hebatnya lagi, kesepakatan atas kamar dilakukan antara pemesan dengan pihak hotel telah tercapai jauh hari, sekitar tiga bulan lalu.

Biasanya, tutur perempuan berjilbab ini, pemesanan dilakukan minimal tiga bulan sebelumnya. Bahkan itu pun tak jarang ada yang terpaksa ditolak karena sudah penuh. Pihak hotel umumnya memberlakukan sistem paket atas setiap kamar yang di-booking. Paket dengan durasi minimal lima hari, sehingga satu nama pemesan membayar langsung untuk harga kamar sebanyak lima kali lipat. 

Pemesan berdatangan dari luar daerah yang umumnya merupakan warga Tionghoa seperti Jakarta, Pekanbaru, Bali dan lain-lain. Umumnya, lanjut Tiara, merupakan perantauan. Yakni yang sama sekali tak memiliki kerabat di Bagansiapi-api, namun datang karena alasan untuk menyaksikan Bakar Tongkang dari dekat. Tidak sedikit pula, tambahnya, diketahui memiliki keluarga di Bagansiapiapi tapi lebih memilih menggunakan hotel ketimbang menginap di tempat saudara.

Hal yang relatif sama terjadi di hotel yang belum genap setahun didirikan, Hotel Rasa Sayang. Hotel yang berada di lingkungan jalan Manggis, Bagansiapiapi ini full booking, seluruh kamar dinyatakan terisi H-3.  “Semuanya penuh, dengan sistem paket lima hari. Terhitung sejak tanggal 26 Juni kemarin,” ujar Elma, pegawai hotel.

Keadaan sama terjadi dengan sistem pemesanan yang dilakukan jauh-jauh hari, yang menurutnya sudah dilakukan dua bulan lalu antara pihak pemesan dengan manajemen hotel. “Biasanya satu hari setelah Bakar Tongkang, wisatawan sudah check out lagi,” katanya.

Berdasarkan pantauan, terdapat 20-an hotel, penginapan di Bagansiapiapi. Dari sejumlah hotel yang didatangi, semuanya menyatakan kamar penuh.  Kondisi sama juga terjadi di bidang lain seperti tempat makanan, warung kopi, pusat jajanan. Menjadi pemandangan yang wajar belakangan ini terdapat wisatawan lokal maupun internasional yang berdatangan di tempat tersebut.(ted)

Laporan FADHLI MUALIM, Bagansiapi-api









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook