Laporan IDRIS AHMAD, Pekanbaru
Anak-anak dan orang-orang dewasa di Gaza mengisi liburan sekolah dengan kegiatan mukhayyam, semacam pesantren kilat. Mukhayyam ini khusus untuk mempelajari dan menghapal Alquran.
Biasanya liburan musim panas tersebut berlangsung selama dua bulan. Selama dua bulan itu, banyak para penghapal Alquran (hafidz) baru bermunculan. Iya, hanya dua bulan sudah menghasilkan penghapal Alquran 30 juz.
‘’Kami memang hidup bagaikan tawanan, seperti hidup di penjara akibat kezhaliman zionis. Tapi sebentar lagi kemenangan itu akan datang, karena itu janji Allah kepada orang-orang beriman. Karena kami hidup dengan Alquran,’’ ungkap Imam sekaligus Khatib Masjid Syuhada Gaza Palestina Syekh Ghassan MM Al-Shorbaji di hadapan para pimpinan, dosen dan pegawai Universitas Abdurrab, Selasa (24/7) usai Salat Zuhur berjamaah di masjid kampus di Jalan Riau Ujung Pekanbaru itu. Turut hadir pada pertemuan tersebut Pembantu Rektor Universitas Abdurrab dr Susiana Tabrani MPd.
Ia mengemukakan, akibat tekanan dan kezhaliman Israel kepada warga Gaza, semangat mengamalkan Islam semakin tumbuh dan bahkan menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Kehidupan sehari-hari mereka tidak terlepas dari Alquran. Jumlah penghapal Alquran dari waktu ke waktu semakin banyak, bahkan terjadi lompatan jumlah yang luar biasa.
Menurutnya berbagai organisasi seolah berlomba-lomba untuk menghasilkan para hafidz. Sarjana lulusan Perguruan Tinggi Dakwah dan Ushuluddin itu mencontohkan salah satu organisasi yang giat menyelengarakan Mukhayyam Alquran selama liburan musim panas adalah Darul Quran Wa Al-Sunnah.
Organisasi ini menaja tiga jenis mukhayyam. Pertama, mukhayyam penghapal Quran; kedua, mukhayyam murajaah Alquran, diperuntukkan bagi mereka yang ingin mengulang hapalan Alquran, dan ketiga, mukhayyam khusus bagi anak-anak yang ingin belajar melafalkan huruf Alquran dengan benar.
Dalam mukhayyam ini, seharian dari pagi hingga malam para peserta tidak boleh kemana-mana dan hanya berinteraksi dengan Al-Quran. Karena itu tak heran, jika ada yang hapal Alquran dalam satu bulan.
‘’Saya berharap bapak-bapak dan ibu-ibu juga menjadi penghapal Alquran,’’ ujar hafidz yang telah memiliki sanad dan menguasai 10 macam bacaan Alquran yang masing-masing bacaan memiliki dua riwayat itu. Ia juga mengundang para civitas Universitas Abdurrab untuk berkunjung ke Gaza.
Pria yang lahir 1985 itu juga berambisi agar dua buah hatinya yang masing-masing berusia tiga dan dua tahun menjadi penghapal Alquran.
Untuk itu ia mengajarkan kedua anaknya bacaan Alquran mulai satu kata hingga menjadi satu ayat. ‘’Meskipun mereka belum pas melafalkannya,’’ ujarnya.
Para civitas akademika Universitas Abdurrab sangat antusias menyampaikan berbagai pertanyaan kepada Syekh Ghassan. Mereka bertanya bagaimana kehidupan sehari-hari di Gaza, bagaimana peran para wanita Gaza di tengah ketegangan suasana akibat kezhaliman Israel, dan mengapa dalam situasi yang tak menentu itu banyak warga Gaza yang meraih prestasi akademik di pendidikan tinggi. Untuk pertanyaan terakhir ini, Ghassan mengatakan.
‘’Motivasinya adalah tidak ada jalan lain untuk membebaskan negara (kami, red) kecuali dengan belajar agama, terus menerus belajar. Belajar untuk bisa mengajar. Seorang mujahid tidak bolehmenyerah,’’ ungkap imam yang juga biasa melakukan olahraga sepak bola, tenis, angkat besi itu.***