JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sejumlah optimisme muncul setelah Presiden Joko Widodo menyelesaikan rangkaian kunjungan kerjanya selama 4 hari 3 malam di Papua, Jumat (1/1). Salah satunya, berkaitan dengan potensi pariwisata di bumi Indonesia yang berada di ujung paling timur Indonesia itu.
Dalam kunjungan ke Papua sejak 29 Desember lalu, tercatat Presiden mengunjungi tujuh lokasi. Mulai dari Merauke, Wamena, Timika, Nduga, Sorong, Raja Ampat, dan Sorong Selatan. Saat di Raja Ampat itulah, Presiden menyimpan keyakinan pariwisata di Indonesia semakin maju. Presiden optimis dalam dua hingga tiga tahun mendatang, target 20 juta wisatawan mancanegara dalam setahun akan dapat terwujud.
”Destinasi sebagus ini kita punya banyak, kalau kita tidak dapat 20 juta (wisatawan, red), kebangetan,” kata Presiden Jokowi, dalam keterangan tertulis yang diterima.
Dia kemudian menyinggung tentang capaian kunjungan wisatawan mancanegara di sejumlah negara tetangga. Bahwa, negara-negara yang belum tentu punya tujuan wisata sebagus dan seberagam di Indonesia saja sudah bisa menjaring 24-27 juta wisatawan asing setiap tahunnya.
Tapi untuk mencapai angka 20 juta itu, dia mengingatkan bahwa masih banyak yang harus dibenahi. Misalnya, sektor promosi dan keputusan wilayah yang menjadi unggulan.
”Termasuk perbaikan produk (wisata, red) itu sendiri,” kata Presiden.
Khusus Raja Ampat, dia menyebutkan, bahwa ada tiga hal yang harus dipersiapkan. Mulai perpanjangan runway dan perbaikan terminal di bandara hingga pembangunan dermaga dan kapal.
”Kapal juga diperlukan untuk akses antara pulau, kalau tidak ada, mahal sekali (biaya transportasinya, red),” imbuhnya.
Kepulauan Raja Ampat terdiri atas empat gugusan pulau yang saling berdekatan dan berlokasi bagian barat Pulau Papua. Saat ini, selain menawarkan keindahan alamnya, kepulauan tersebut telah mulai menjadi jujukan pulau para penyelam karena menawarkan pemandangan bawah laut yang memukau.
Ke depan, Presiden juga telah meminta kepada Menteri Pariwisata untuk menjadikan Raja Ampat sebagai pariwisata eksklusif. Salah satunya dengan menerapkan kuota.
”Biar hutan dan lautnya tidak rusak,” tutur Presiden.