PEKANBARU (RIAUPOS.CO)-Sumatera Barat menjadi satu dari 12 provinsi di Indonesia yang menjadi lintasan Gerhana Matahari Total (GMT) tanggal 9 Maret 2016.
Berikut ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyampaikan informasi mengenai GMT yang terjadi di provinsi ini seperti disampaikan Kasi Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet B kepada Riau Pos.Co, Sabtu petang tadi (5/3/2016).
Menurut Slamet B, di wilayah Sumatera Barat, hanya dua kabupaten saja yang akan mengalami GMT pada 9 Maret 2016, yakni bagian selatan Kepulauan Mentawai dan bagian selatan Pesisir Selatan. Wilayah lainnya diperkirakan mengalami magnitudo totalitas gerhana bervariasi dari 90 persen di Pasaman sampai dengan 99 persen di Pesisir Selatan bagian utara.
Jika ingin menyaksikan GMT di Sumbar, dua kota kecil di wilayah ini bisa menjadi pilihan. Yang pertama adalah Seai di Kepulauan Mentawai. Kota ini merupakan daratan pertama yang mengalami GMT di Indonesia, dengan magnitudo totalitas sebesar 101,2 persen dan durasi totalitas GMT diperkirakan selama 1 menit 51,6 detik.
Kota kedua yang bisa dikunjungi adalah Lunang Silaut di Pesisir Selatan. Magnitudo totalitas terhitung sebesar 100,2 persen dengan durasi totalitas lebih pendek, yaitu 50,9 detik.
Proses gerhana matahari di Sumbar akan dimulai pada pukul 06.18 WIB. Mengingat kontak awal gerhana matahari di Sumbar dimulai sebelum matahari terbit, hampir semua wilayah di provinsi ini tidak merasakan kontak awal ini. Namun secara umum, puncak gerhana di Sumbar akan terjadi pada pukul 07.20 WIB. Jika cuaca mendukung, puncak peristiwa ini bisa disaksikan di semua wilayah.
Kontak akhir gerhana matahari akan terjadi pada kisaran pukul 08.27 WIB. Ini menjadikan durasi rata-rata gerhana matahari baik sebagian dan total selama 2 jam 6 menit.
Anak-anak menyiapkan kacamata khusus untuk melihat Gerhana
Matahari Total pada 9 Maret 2016.