SIMAK 5 SARAN PSIKOLOG

Geng Ibu-ibu Usia Paruh Baya Tetap Eksis

Perempuan | Minggu, 15 Desember 2019 - 21:22 WIB

Geng Ibu-ibu Usia Paruh Baya Tetap Eksis
ILUSTRASI. Berkumpul dalam geng, selama positif baik laki-laki maupun perempuan bukan hal yang salah atau tidak tepat. (best life)

(RIAUPOS.CO) -- Tak ada batasan usia bagi seseorang untuk berteman. Salah satu yang menjadi kendala barangkali bukan usia, akan tetapi waktu yang harus disisihkan di tengah kesibukan seseorang. Apalagi bagi mereka yang sudah memasuki usia paruh baya antara 40-50an.

Psikolog Klinis Liza Marielly Djapri menilai, setiap manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang membutuhkan peer grup atau kelompok. Ketika kehidupan seseorang sudah lebih tenang, biasanya mereka akan mulai merasa ingin untuk kembali berkumpul dengan lingkaran sosialnya seperti remaja dulu.


“Berkumpul atau geng ibu-ibu paruh baya bukan suatu hal yang gimana banget. Seseorang tetap butuh peer grup ya. Apalagi kalau biasanya nih kita melupakan peer grup setelah lulus kuliah, sibuk kerja, menata karir, menikah, urus anak urus suami atau urus rumah. Saat suasana kehidupan sudah stabil maka mulai keingetan lagi tuh, reconecting lagi,” kata Liza kepada JawaPos.com, Minggu (15/12).

Liza menyebut fase ini sebagai puber kedua atau ketiga seperti masa remaja. Berkumpul dalam geng, selama positif baik laki-laki maupun perempuan bukan hal yang salah atau tidak tepat. Masing-masing kelompok biasanya punya minat yang berbeda.

"Laki-laki kan biasanya ke otomotif. Saat hidup mulai stabil, karir lebih stabil, laki-laki mulai dengan kegiatan aktualisasi diri yang lain. Nah kalau perempuan senangnya ngumpul ngobrol atau arisan," jelasnya.

Liza menyarankan siapa saja yang masih senang kumpul-kumpul dan tidak terbatas usia, hal itu baik untuk meningkatkan mood dan mengusir stres. Namun ada beberapa hal yang perlu diingat.

1. Harus Positif

Pilihlah kelompok berteman dalam niat dan bergaul yang positif. Perempuan senang arisan, atau pria senang otomotif.

“Bisa tuh positif misalnya melakukan kegiatan sosial, kunjungan ke panti asuhan dan lainnya. Bukan arisan yang gimana gimana ya, selama positif tentu bagus ya,” ungkapnya.

2. Saling Dukung

Carilah teman atau peer grup yang bisa saling mendukung dan saling cerita. Sehingga peer grup tersebut bisa menjadi wadah untuk bertukar pikiran. Meski begitu, Liza menilai suatu saat nanti seiring berjalannya waktu, bisa saja sebuah kelompok menghadapi seleksi alam.

"Bisa ada seleksi alam. Misalnya akan mental satu-satu. Tiba-tiba sudah enggak cocok lagi visi misi dan gaya bercandanya. Berawal dari 10 orang lama-lama tinggal 5 orang misalnya," katanya.

3. Berkelompok Lebih Sehat

Peer grup yang lebih sehat dalam arti sebenarnya bisa dengan memilih kelompok dengan visi yang sama. Misalnya kelompok yang sama-sama menginginkan pola hidup sehat dengan olahraga

"Boleh dong, zumba atau kelas olahraga. Justru positif dan bisa lebih sehat," katanya.

4. Jangan Berlebihan

Liza mengingatkan agar kelompok pertemanan jangan membuat seseorang menjadi berlebihan. Misalnya memaksakan gaya hidup mewah padahal kehidupannya tidak bisa memenuhi hasrat tersebut.

"Yang jadi negatif tuh kalau berlebihan, kalau dipaksain. Kecuali berduit banget ya. Tiap kali kumpul misalnya mau di hotel mana, dinner harus di resto. Terkesan memaksakan. Jangan berkumpul melewati batas moral. Arisan juga sewajarnya saja," jelasnya.

5. Tetap Seimbang

Liza mengingatkan juga agar para ibu rumah tangga yang tetap berkumpul dengan teman-temannya untuk tetap menganut hidup seimbang. Jangan lupa dengan kodratnya sebagai ibu yang mengurus anak, suami, dan rumah tangga.

"Gara-gara arisan akhirnya lupa rapat di sekolah anak. Belain arisan enggak keurus rumah tangganya. Pokoknya tetap seimbang, pilih-pilih teman yang baik, dan jangan memaksakan diri ingin populer masuk ke dalam sebuah per grup," tukasnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook