Penanaman Modal di Batam Stagnan

Pendidikan | Jumat, 31 Agustus 2012 - 08:36 WIB

TANJUNGPINANG (RP) - Berdasarkan data yang ada di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Kepri, dalam tiga bulan terakhir industri dan penanaman modal di Kota Batam tidak menunjukan peningkatan, malah terkesan jalan di tempat (stagnan).

Demikian ditegaskan Wakil Ketua Kadin Kepri, Alfan Suheiri, Kamis (30/8).

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Lesunya industri di Batam ini tidak terlepas dari persoalan regulasi dan promosi yang kurang progres,” tegasnya.

Untuk masalah regulasi, kata Alfan masih terkait dengan status Free Trade Zone (FTZ), kepelabuhanan, lahan dan masalah-masalah lainnya yang belum tuntas di Batam.

Ia juga menegaskan, promosi yang selama ini gencar dilakukan juga belum memberi dampak yang signifikan.

“Barusan ada lagi pameran yang digelar di Jakarta dan Kepri juga ikut. Kendati ada respon, ini tidak banyak bepengaruh. Kalaupun ada ini pasti jangka panjang hasilnya,” ujarnya.

Menurut Alfan, masalah kelesuan industri Batam ini juga tidak terlepas dari jumlah investor yang mendominasi Batam hanya berasal dari sekitar Asia dan Asia Tenggara. Sedangkan para investor yang berasal dari Eropa dan Amerika masih sangat sedikit. Mayoritas para penanam modal dan investor Batam beraasal dari Singapura, Jepang dan Cina.

“Hal ini seharusnya menjadi pemikiran pemerintah daerah, baik Batam maupun Provinsi Kepri, untuk pengembangan promosi ke benua lainnya,” imbuhnya.

Ditanya mengenai hubungan waktu dengan penanaman investasi, Alfan menjawab, penanaman modal ataupun investasi tidak mengenal trend waktu seperti dunia pariwisata, yang biasanya bergairah dan meningkat pada bulan-bulan tertentu.

“Kalau para investor melihatnya pada regulasi, kenyamanan dan keamanan berinvestasi. Jika itu terpenuhi, biasanya para investor langsung berinvestasi,” papar mantan Komisaris Utama Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Kepri ini.

Disinggung tentang geliat perdagangan, Alfan menjelaskan, di Batam sendiri usai lebaran Idul Fitri transaksi perdagangan mengalami penurunan, khususnya di bahan-bahan sembako. Selain harga dan transaksi menurun, suplai ke Batam juga tidak mengalami peningkatan dan malah sebaliknya.

“Saya pikir ini normal dan normatif saja, mengingat lebaran dan puasa baru saja berlalu,” tukasnya.(fik/eca)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook