Pendidikan Kebhinekatunggalikaan Is a Must

Pendidikan | Selasa, 31 Juli 2018 - 12:45 WIB

Pendidikan Kebhinekatunggalikaan Is a Must
DIES NATALIS: Para pembicara saat Dies Natalis Yayasan Prayoga Riau 2018 yang mengambil tema Sekolah Hebat vs Sekolah Istimewa. (YAYASAN PRAYOGA RIAU FOR RIAU POS)

BAGIKAN



BACA JUGA


PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Dies Natalis Yayasan Prayoga Riau tahun 2018 mengambil tema Sekolah Hebat vs Sekolah Istimewa. Yang dimaksud dengan sekolah hebat adalah sekolah yang berorientasi pada peserta didik, dalam sistem ini peserta didik dipandang sebagai subjek. Ternyata sistem sekolah hebat yang dikembangkan di Finlandia itu, dimodifikasi dari pendidikan berasaskan kekeluargaan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantoro.

Koordinator SDM Sekolah Santa Maria Pekanbaru Ferdinandus Nipa menyampaikan, dalam sistem berasaskan kekeluargaan peserta didik pun harus diperlakukan sebagai subjek. Sementara pendidik dipandang sebagai orangtua. Konsekuensi dari Pendidikan Berasaskan Kekeluargaan adalah Pendidikan Berasaskan Bhinneka Tunggal Ika. Konsekuensi ini berdasarkan satu pandangan bahwa no family is an island, tidak ada keluarga yang berdiri sendiri sebagai sebuah pulau.

Sehingga dari segi jumlah anggota dan dari segi keberadaannya, keluarga terdiri dari berbagai macam pribadi, suku, ras, budaya dan agama. Maka bila tidak bersatu Indonesia tidak akan berdiri kokoh dan kuat.

Pada waktu Ki Hajar Dewantoro mencetuskan ide tentang pendidikan Kebhinnekatunggalikaan situasi Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Perjuangan terhadap penjajahan Belanda masih dilakukan secara sporadis. Perjuangan yang dilakukan secara sporadis pada waktu itu sukar untuk mengalahkan Belanda, apalagi Belanda memakai politik devide at impera.

Gerakan untuk melawan penjajahan Belanda melalui gerakan persatuan nasionalisme sudah dimulai sejak tahun 1908 oleh Budi Utomo. Namun, semangat pesatuan belum terlalu kuat. Baru pada tahun 1928 kesadaran tersebut menjadi kuat dengan mencetuskan Sumpah Pemuda: berbangsa yang satu, bertanah air yang satu, dan berbahasa yang satu yaitu Indonesia.

“Dengan semangat persatuan itulah semua bangsa Indonesia berjuang melawan penjajahan Belanda sampai merebut kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai satu negara yang berdaulat, Indonesia memiliki ideologi Pancasila yang tak boleh digantikan, UUD 1945 sebagai dasar konstitusi, dan lambang negara yaitu Burung Garuda. Semboyan Bhineka Tunggal Ika ditempatkan di bawah cengkraman kaki burung garuda. Artinya bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah satu keharusan yang tidak dapat dikompromikan,” jelasnya.

“Adapun maksud pendidikan berasaskan Kebhinnekatunggalikaan adalah untuk menyadarkan bangsa Indonesia sejak dari kecil akan keberagamannya, pentingnya persatuan bagi pembangunan bangsa. Supaya orang Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, budaya, ras, dan agama merasa sebagai satu bangsa tanpa adanya diskriminasi satu dengan yang lain,” ungkap Ferdinandus Nipa.(rif/c)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook