Di Batam, Impor Sembako Terhenti

Pendidikan | Kamis, 29 Agustus 2013 - 10:13 WIB

BATAM (RP) - Sejumlah importir bahan pangan atau sembako di Batam memutuskan untuk menghentikan sementara impor bahan pangan ke Batam.

Hal ini dikarenakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura, yang berimbas kepada meruginya para pengusaha.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Amat Tantoso, salah satu importir bahan pangan di Batam mengaku sejak melemahnya rupiah, pengusaha banyak merugi.

‘’Untuk sementara impor pangan ke Batam dihentikan dulu. Para pengusaha sudah banyak yang rugi, kalau diteruskan maka bisa bangkrut. Sementara kita berusaha kan harus untung,’’ katanya.

Menurut Amat Tantoso sekitar 80 persen bahan pangan di Batam adalah bahan impor. Dan jika rupiah ini terus melemah, maka tidak menutup kemungkinan barang impor di Batam akan semakin langka.

‘’Kami beli barang itu dengan dolar sementara kami harus menjualnya dengan rupiah. Kalau barang itu kami jual dengan harga mahal, bisa jadi tidak dibeli orang. Siapa yang akan bertanggungjawab,’’ katanya.

Tantoso berharap kepada pemerintah untuk segera menstabilkan nilai tukar rupiah ini, Jika tidak, maka akan terjadi gejolak sosial yang sangat luar biasa di Batam.

Sebenarnya sejak dua pekan lalu, pengusaha sudah mulai mengurangi pasokan barang impor ke Batam.

Ketua Apindo Kepri, Cahya mengatakan melemahnya nilai rupiah ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Menurutnya, impor bahan pokok ini adalah bagian kecil dari dampak yang disebabkan oleh melemahnya rupiah.

Ia mengatakan kondisi perekonomian di Batam bisa lebih buruk, jika memang nilai tukar rupiah terus melemah.

Menurut Cahya saat ini ekspor-impor Batam tidak seimbang. Angka impor barang sudah semakin sedikit, sementara ekspor barang terus menurun.

‘’Masalah pangan itu sebagian kecil dari masalah ekonomi Batam. Tetapi semua nasib semua perusahaan di Batam yang mengimpor bahan-bahan bagaimana,’’ katanya.

Menurunnya angka ekspor Batam ini juga dikarenakan gejolak pengupahan di Batam. Menurutnya tingginya UMK di Batam juga sangat berpengaruh terhadap produksi perusahaan di Batam.

Banyak perusahaan Batam yang melakukan PHK terhadap buruh, untuk mengurangi pengeluaran, dan ini bisa berpengaruh terhadap produksi.

‘’Ekonomi Batam ini sudah melambat, bahkan pertumbuhannya di bawah nasional. Melemahnya rupiah ini, ditambah dengan UMK yang tinggi sangat mengganggu investasi di Batam,’’ katanya.(ian/mng)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook