Balita Terjatuh dari Lantai 3

Pendidikan | Rabu, 28 Agustus 2013 - 11:39 WIB

Balita Terjatuh dari Lantai 3
Anto Purba dan Irentina Saragih orangtua Aprilia menangis histeris di ruang jenazah RSBK Batam, Selasa (27/8/2013). Bocah berumur satu tahun setengah ini tewas setelah jatuh dari lantai tiga kos-kosan mereka di Nagoya. Foto: DALIL HARAHAP/RPG

BATAM (RP) - Aprilia terjatuh dari lantai tiga di tempat kos orangtuanya yang berada di ruko Komplek Nagoya Paradise Nomor 14, Senin (26/8) sekitar pukul 18.00 WIB. Saat terjatuh dari lantai tiga atau sekitar 17 meter jaraknya dari atas hingga ke bawah tempat kos orangtuanya, Aprilia hanya dijaga oleh Larso Saragih, anak yang baru berumur 12 tahun, adik kandungnya Irentina Saragih, ibu kandung Aprilia.

Sembari menangis, Larso terus berlari menggendong Aprilia ketempat ayah Aprilia kerja. Warga yang tahu hanya melongo saja menyaksikan kejadian yang memilukan itu. Sampai di tempat kerja, Anto Purba diantar kawan kerjanya dan Larso langsung membawa Aprilia ke RSBK menggunakan mobil milik bosnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Meski tak sadarkan diri atau koma, bayi perempuan dari pasangan Anto Purba dan  Irentina Saragih, yang baru menginjak usia 1,5 tahun itu air matanya nampak menetes membasahi bantal tempat ia terbaring di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Senin (26/8) sekitar pukul 19.00 WIB.

Saat kejadian ibu kandung Aprilia tak ada di Batam. Sempat oleh Anto dihubungi ponselnya tak aktif. Sempat aktif, namun tak diangkat. Anto dengan sabar sembari menangis menunggu anaknya di ruang ICU RSBK terus mencoba menghubungi nomor ponsel istrinya atau ibu kandungnya Aprilia.

Akhirnya Irentina Saragih mengangkat telepon Anto. Diceritakanlah kondisi anak semata wayangnya (Aprilia) yang lagi koma terkapar di ICU RSBK karena terjatuh dari lantai III tempat ia kos.

‘’Cepat kau datang ke Batam. Tengok anakmu ini sebelum kau menyesal seumur hidup nantinya,’’ ujar Anto dipercakapannya kepada istrinya.

Jelang pukul 00.30 WIB saat kondisi Aprilia tidak berubah masih koma tak sadarkan diri, mendadak, muncul Irentina. Wanita muda berkulit putih itu datang ditemani seorang perempuan sebayanya. Perlahan, langkah kaki Irentina menapaki ubin RSBK. Begitu memasuki ruang ICU dan melihat Aprilia sudah terkapar tak sadarkan diri serta beberapa selang terjuntai di tubuhnya, Irentina berteriak histeris dan menangis sejadi-jadinya di tempat tidur Aprilia terbaring.

Sembari mengelus kening dan memeluk pipi anaknya, Irentina menangis dan meminta maaf ke anaknya. Aprilia sempat koma beberapa jam. Namun, takdir berkata lain. Subuh sekitar pukul 03.00 WIB, Aprilia meregang nyawa. Dokter bedah yang menangani saat itu yakni dokter Gumar Jaya Saleh, mengatakan bahwa kondisi Aprilia memang sangat parah. Kepala bagian belakangnya remuk meski di luar nampak utuh tak ada luka. Begitu juga tulang rusuk sebelah kirinya, tulang dada dan kedua tangannya patah.

Awalnya, Aprilia main sama omnya yakni Larso Saragih di tempat kos sisi luar yang hanya dibatasi dinding tembok penyekat setinggi sekitar 70 sentimeter. Kebetulan saat itu Aprilia sempat pipis di lantai. Mengetahui ponakannya pipis, Larso mencoba mengambil lap kain tak jauh dari tempatnya menjaga Aprilia. Belum sempat kembali, Larso mendengar bunyi seperti barang jatuh dan terbanting. Mendengar ada yang jatuh, Larso langsung berdiri tak jadi mengambil lap kain. Ia langsung memandang ke arah Aprilia semula berdiri. Betapa kagetnya, Aprilia yang semula berdiri sudah tak nampak dari penglihatan Larso. Dilihat Larso ke bawah. Nampak Aprilia sudah terkapar jatuh di jalan bercor semen dalam kondisi telentang dan tak bergerak sama sekali.(gas/rpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook