JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memperkenalkan rektor asing pertama di Indonesia. Dia adalah Jang Youn Cho, seorang profesor asal Korea Selatan (Korsel) yang akan memimpin Universitas Siber Asia.
Nasir mengumumkan Cho di hadapan para rektor perguruan tinggi negeri/swasta, peneliti, dan dosen yang hadir pada pembukaan kegiatan ilmiah Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Grand Inna Beach Hotel, Bali, Senin (26/8). Cho pernah menjabat Wakil Presiden Hankuk University, sekaligus Rektor Cyber Hankuk University of Foreign Studies periode 2014-2017.
"Rektor asing harus pernah memimpin perguruan tinggi. Cho mempunyai pengalaman memimpin Hankuk University. Sekarang dia menjadi rektor di Universitas Siber Asia," jelas Nasir.
Menteri 59 tahun itu berharap, kehadiran Cho mampu meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di tanah air. Sekaligus mendatangkan minat mahasiswa-mahasiswi asing untuk kuliah di Indonesia.
"Harapan saya mahasiswanya tidak hanya dari Indonesia. Bisa dari Asia maupun Afrika, mudah-mudahan ini bisa jalan," harapnya.
Cho adalah profesor bidang akuntansi. Pengalaman akademisnya banyak didapat dari Amerika Serikat. Dia meraih gelar Ph.D di University of Florida pada 1983. Kemudian, menjadi asisten profesor hingga menyandang gelar profesor dari Nebraska-Lincoln University pada 1997.
Saat krisis keuangan melanda Asia pada 1997, Cho memutuskan untuk kembali ke Korsel. Dia membantu pemerintah menata administrasi keuangan dan bisnis negara.
Dua tahun berselang, Cho menjadi Wakil Ketua Dewan Standar Akuntansi Korsel. Meski begitu, pengalaman kepemimpinan di kampus, baru dimulai tahun 2006. Menjabat Dekan Sekolah Tinggi dan Pascasarjana Bisnis, Hankuk University selama empat tahun.
Cho menuturkan, visinya adalah fokus meningkatkan kualitas pendidikan tinggi pada lima bidang. Yakni, manajemen, akuntansi dan perpajakan, komunikasi, sistem informasi, dan teknologi.
"Karena industri 4.0 tidak hanya teknologi. Banyak aspek. Semuanya harus terintegrasi dalam big data," jelas pria 66 tahun itu.
Era 4.0 terbentuk karena keperluan manusia. Mereka ingin semuanya serba cepat, saling terkoneksi, dan tidak ribet. Untuk mendukung program tersebut, Cho meminta profesor rekanannya dari Amerika Serikat dan Korsel datang ke Indonesia.
"Saya pilih profesor terbaik dari kedua negara itu untuk membuat konten pembelajaran. Tentu juga berkolaborasi dengan profesor Indonesia. Saya yakin program ini akan membawa Indonesia meraih masa depan yang lebih baik," jelas Cho.
Universitas Siber Asia, kata Ketua Pengurus YMIK Ramlan Siregar, merupakan universitas swasta berbasis full online learning pertama di Indonesia yang mendapatkan lisensi dari pemerintah. Universitas yang satu yayasan dengan Universitas Nasional (UNAS) Jakarta itu akan menjalankan tiga strategi utama.
Meningkatkan kuantitas, memberikan fitur-fitur pengajaran yang sesuai era industri 4.0, dan menghadirkan pengajaran dengan kualitas dunia (world class learning).
Universitas Siber Asia ternyata juga bukan universitas murni Indonesia. Tapi, merupakan kerja sama antara YMIK dengan Hankuk University of Foreign Studies, Korsel.
Praktis, Universitas Siber Asia harus berjuang keras untuk memperoleh ranking 100 dunia dalam 5 tahun ke depan. Mengingat, masa jabatan rektor biasanya hanya 5 tahun.
"Nah, yang Menjadi pertanyaan, apakah ke depan Universitas Siber Asia akan mampu masuk 100 ranking dunia? Terlebih yang diharapkan Presiden sebenarnya adalah PTN," ujar Juwana.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi