Proyek Air Bersih Natuna Gagal

Pendidikan | Rabu, 24 Oktober 2012 - 08:21 WIB

RANAI (RP) - Akibat kurang pengawasan selama pelaksanaan proyek, baik dari konsultan maupun pengawasan dari SKPD terkait khususnya pemimpin proyek (sekarang PPTK), dua proyek air bersih di Natuna masing-masing di Desa Balai Sabang Mawang, Kecamatan Pulau Tiga dan Kecamatan Midai, Natuna dianggap gagal.

Proyek air bersih di Desa Balai Sabang Mawang didanai melalui dana APBN 2011 sebesar Rp 2 milliar dari Cipta Karya Kementerian PU hingga kini terbengkalai.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dari peninjauan ke lapangan, jaringan pipa yang sedianya dipasang di sepanjang jalan di Desa Balai dibiarkan terbengkalai. Yang dikerjakan oleh pemborong cuma bak penampung dua buah dengan ukuran tinggi sekira dua meter kali empat meter.

Menurut pengakuan Kepala Desa Balai Sabang Mawang, Pulau Tiga kepada anggota DPRD Dapil Natuna-Anambas Drs H Sofyan Samsir yang melakukan peninjauan ke lapangan belum lama ini, hingga pengerjaan proyek terbengkalai, baik pemimpin proyek maupun kontraktor pihaknya tidak pernah menerima laporan hingga saat ini.

Sofyan yang juga anggota Komisi III DPRD Kepri itu mengaku prihatin atas terbengkalainya proyek tersebut.

Diakui, Sofyan yang juga pernah berprofesi sebagai wartawan itu, untuk memperjuangkan program air bersih tersebut agar dapat untuk Natuna bukan perkara gampang.

Bupati dan DPRD Kepri perlu waktu meyakinkan pusat sehingga akhirnya Desa Balai Sabang Mawang ditunjuk sebagai lokasi proyek air bersih.

Bila di Desa Balai Sabang Mawang kecamatan Pulau Tiga, proyeknya gagal diselesaikan, lain lagi kejadiannya di Kecamatan Midai, Natuna.

Di kecamatan yang berpenduduk sekitar 6.000 jiwa yang terdiri satu pulau itu, proyek air bersihnya selesai dikerjakan dengan dana dari APBD 2011 sebesar Rp900 Juta.

Hanya sayang, meski proyeknya tuntas dikerjakan, tapi karena dibangun di lokasi yang salah, maka bak penampung akhirnya terbuang percuma, karena tak ada sumber air di sana.

Menanggapi hal ini, Anggota Komisi III DPRD Kepri yang membidangi  infrastuktur Sofyan hanya bisa mengurut dada. Bagaimana tidak, inilah akibatnya kalau proyek yang dikerjakan asal jadi.

Puncanya adalah kurangnya pengawasan baik dari konsultan apalagi pemimpin proyeknya. Atau karena kedua daerah ini sulit transportasi, maka proyek dikerjakan asal jadi.(eca)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook