TANJUNGPINANG (RIAUPOS.CO) - Ketua Komisi I DPRD Tanjungpinang Maskur, meminta Wali Kkota Tanjungpinang, Lis Darmansyah membentuk tim dan mengusut tewasnya Zuraida (sebelumnya tertulis Zubaida, red), warga Jalan Kosgoro Tanjungpinang Barat itu. Menurutnya, meski keluarganya tidak mau menuntut, namun tetap harus ada pengusutan. Tujuannya, agar ke depan tak terjadi lagi kesalahan serupa. ”Biar jelas permasalahannya,” ujarnya.
Lis sendiri enggan membentuk tim seperti yang diminta Ketua Komisi I DPRD Tanjungpinang, Maskur. Menurutnya belum perlu karena di RSUD sudah ada mekanisme tersendiri jika ada kasus dugaan kelalaian hingga menyebabkan pasien meninggal dunia.
”Kenapa pula hal-hal seperti itu pakai bentuk tim. Biarlah direktur RSUD yang mengecek secara rinci dan transparan,” tegas Lis, kemarin.
Selain itu, kata Lis, ada komisi etik yang berwenang untuk melihat sejauh mana penanganan rumah sakit berdasarkan standar dan prosedur tetap penanganan pasien.
”Kita tidak boleh serta merta menganggap salah. Jadi semua pihak harus melihat permasalahan ini secara jernih. Selanjutnya baru dilihat apakah ada kesalahan prosedur atau tidak. Saya turut berduka cita atas meninggalnya pasien tersebut. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” tambahnya.
Kendati begitu, jika dari kajian direktur RSUD dan komisi etik ternyata kematian Zuraida ada unsur kelalaian, maka Lis menjanjikan langkah tegas.
”Kalau meninggalnya Zuraida binti Usman itu ada unsur kesengajaan, pasti akan kami tindak. Tetapi kalau tidak tentunya kita harus bisa menerima dengan ikhlas,” katanya.
Lis yakin penanganan setiap pasien yang ada di RSUD Tanjungpinang sudah memiliki prosedur tetap dan standar yang jelas. Apalagi, kata Lis, pelayanan RSUD sudah banyak kemajuan dari pelayanan tahun-tahun sebelumnya.
”Tapi laporan dari direktur RSUD belum saya terima. Nanti saya cek lagi,” kata Lis.
Sementara itu, soal ketidaktersediaan obat ventoline yang dibutuhkan pasien, Direktur Utama RSUD Kota Tanjungpinang, dokter Eka Hanasarianto saat dikonfirmasi kemarin (20/1) kembali membenarkan saat Zuraida dan anaknya datang Minggu (19/1) lalu, obat tersebut tidak tersedia di rumah sakit.
”Waktu itu stok ventoline habis, jadi harus ke apotek di luar. Tapi pagi ini (kemarin, red) sudah ada di rumah sakit ini. Kedepannya pasti akan kami perbaiki agar stok obat selalu ada,” katanya.
”Untuk mengantisipasi habisnya stok obat, apabila stok obat sudah menipis, akan segera dilaporkan untuk dilengkapi,” ujarnya, lagi.
Di IGD ini, lanjutnya, ada ketentuan yang harus membeli obat di apotek adalah keluarga pasien. Pasalnya, RSUD memiliki keterbatasan petugas.
”Masalah obat yang disuntikkan apa kami memang belum tahu dengan pasti. Tapi yang jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk meringankan penyakit,” ujarnya.
Eka mengakui kesalahan dari pihak rumah sakit atas pelayanan yang tidak memuaskan. ”Mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mohon diikhlaskan,” pintanya. (lara/rinto/rpg)