TANJUNGPINANG (RIAUPOS.CO) - Zubaidah binti Usman, 38, pasien Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang meninggal dunia, Minggu (20/1) dinihari. Warga Jalan Kosgoro Tanjungpinang Barat itu meninggal diduga karena terlambat ditangani petugas medis rumah sakit.
“Sekitar pukul 00.02 Wib, ibu yang sudah lama menderita asma, saya bawa ke RSUD Tanjungpinang. Tapi tidak langsung diberi pertolongan. Padahal ibu sudah saya minta tolong ke perawat yang jaga untuk segera di kasih oksigen karena asmanya sudah parah. Mereka (perawat) malah sibuk main handphone,” ujar Ira, anak dari pasien yang meninggal, kemarin.
Ira juga mengaku sempat minta tolong namun tak dipedulikan. Bisa jadi karena perawat melihat Ira masih kecil sehingga dianggap sepele oleh perawat jaga.
“Saya disuruh perawat ke apotek untuk menebus obat. Waktu saya tinggal, ibu tidak diperhatikan sama sekali. Sepulang dari apotek saya dengar ibu berteriak ‘Laillahaillallah’ sambil meminta untuk dipasangkan oksigen.
Setelah saya bentak, baru mereka mau periksa ibu. Itupun dengan setengah-setengah,” ungkapnya.
Dikatakan Ira, saat itu ibunya sempat kejang karena menahan sakit. Kemudian perawat menyuntik ibunnya.
“Ibu disuntik tiga kali di lengan sebelah kanan. Kata mereka ibu kena epilepsi,” kata Ira.
Para perawat dan dokter, kata Ira, baru terlihat sibuk memeriksa setelah ibunya meninggal sekitar pukul 00.03 Wib dini hari.
Salah seorang kerabat almarhum, Nita mengaku sudah mengikhlaskan kepergian almarhumah. Namun ia sangat menyayangkan kejadian yang menimpa adiknya tersebut. Meski ia menyebutkan tidak akan melakukan tuntutan kepada pihak RSUD Tanjungpinang, namun ia berharap pelayanan rumah sakit dibenahi, terutama SDM-nya yang suka acuh tak acuh terhadap pasien.
“Mereka seharusnya tidak menyepelekan nyawa orang lain. Kejadian ini bukannya baru sekali ini terjadi. Tidak ada peningkatan pelayanan dari tahun ke tahun,” ujarnya sambil sesekali menenangkan Ira yang sudah sembab matanya.
Nita juga tidak habis pikir berkaitan keterbatasan peralatan di rumah sakit yang menjadi tujuan utama warga Kota Tanjungpinang jika hendak berobat. Menurutnya, tidak mungkin di IGD tidak tersedia oksigen. Padahal, lanjut dia, oksigen itu sangat dibutuhkan saat pertolongan pertama.
Saat Batam Pos (Riau Pos Group) menyambangi IGD RSUD Tanjungpinang, pelayanan tidak menyenangkan juga dialami. Perawat yang ditemui menjawab dengan ketus pertanyaan yang diberikan. Beberapa malah lebih memfokuskan matanya kepada telepon seluler daripada melayani pasien.
“Kami tidak tahu menahu tentang pasien semalam. Yang jaga juga beda. Kami cuma tahu ceritanya saja. Kalau mau jelasnya, besok datang saja lagi dan tanya langsung ke kantornya. Kalau obat ventoline memang di sini tidak tersedia,”ujarnya acuh saat ditanya terkait ketersediaan oksigen.
Sementara saat dikonfirmasi, Direktur RSUD Tanjungpinang, dr Eka Hanasarianto, mengatakan akan mengecek lebih lanjut hal tersebut. Menurutnya, untuk persediaan oksigen di rumah sakit yang dipimpinnya untuk saat ini masih mencukupi. Sedangkan untuk ketersediaan obat ventoline, kata dia, di RSUD memang tidak ada.
“Kalau ada keluhan dari warga tentang pelayanan kami yang kurang baik. Silakan sampaikan keluhan itu di kotak saran yang tersedia. Tapi sejauh ini, saya pikir pelayanan dari perawat cukup baik,” katanya. (cr9/rpg)