Desa Koto Mesjid dan Desa Pulau Gadang merupakan desa kawasan yang paling berkembang pesat budidaya ikan patin di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kampung ini sangat unik, mendapat julukan Kampung Patin karena keberhasilan warganya membudidayakan ikan patin.
Untuk itu, Tim Unri melakukan pelatihan di Koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar. Yakni pelatihan pendugaan laju sedimentasi pada kolam tanah budidaya ikan patin intensif di Desa Koto Mesjid. Pelatihnan menghasilkan cara pemantauan kualitas air kolam melalui pengukuran padatan tersuspensi menggunakan alat perangkap padatan. Rata-rata padatan tersuspensi pada kolam adalah 19,5 ml/L per hari dan 129,25 ml/L per minggu. Berdasarkan data ini maka pengelolaan dasar kolam harus dilakukan setiap panen terutama saat pengeringan kolam perlu pengurasan lumpur. Kegiatan pelatihan ini bekerja sama denga Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unri yang diketuai oleh Dr Saberina Hasibuan SPi MT dan beberapa dosen lainnya dari FT Ir Rinaldi MT dari FPK Prof Dr Syafriadiman dan Dr Ir Henni Syawal MSi serta menjadi program kerja mahasiswa KKN PPM di Desa Koto Mesjid.
Kegiatan budidaya ikan Patin di Desa Koto Mesjid menggunakan pakan pelet hasil formulasi sendiri dan dibuat menggunakan bahan-bahan yang tergolong murah seperti ikan asin untuk dijadikan tepung ikan, dan dedak. Pemberian pakan dalam jumlah besar berpotensi pada peningkatan TSS (total suspended solit) dan akhirnya terjadi penumpukan bahan organik di dasar kolam. Peningkatan TSS ini diikuti dengan perubahan warna air kolam. Laju sedimentasi pakan pada kolam tanah PMK budidaya ikan Patin intensif perlu diketahui agar kegiatan budidaya dapat dilakukan secara berkesinbungan.
Monitoring TSS dan warna air menggunakan sedimen trap pada kolam budidaya ikan patin intensif di Desa Koto Mesjid telah dilakukan oleh mahasiswa KKN bersama masyarakat. Ada empat alat yang dipasang pada kolam mitra untuk membantu dalam monitoring ini yaitu di kolam milik BUMDes, Koperasi Perikanan Pintu Gading, Kepala Desa Koto Mesjid, dan salah satu pengusaha budidaya ikan patin.
Sedimen tersuspensi menjadi salah satu indikator fisik dalam mempelajari kondisi lingkungan. Kadar sedimen tersuspensi akan berkaitan dengan laju sedimentasi.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa warna air cokelat kekuningan, kuning kehijauan dan hijau sedangkan data TSS masih di bawah 100 mg/l (standarnya 50 mg/l). Pengukuran secara insitu dilakukan juga terhadap beberapa kualitas air menunjukkan masih dalam batas standar untuk budidaya ikan yaitu suhu (27-32 oC), pH (6-7) dan TDS berpotensi di atas standar (>1000 ppm). Hasil pendugaan sementara bahwa ikan yang ada di kolam berumur antara 1,5-2 bulan. Peningkatan kualitas air mengindikasikan perlu dilakukan pergantian air. Dengan adanya monitoring kualitas air ini diharapkan petani ikan dapat bertambah wawasannya tentang pengaruh endapan terhadap kualitas budidaya ikan patin.(rul/c)
Editor: Arif Oktafian