TANJUNGPINANG (RP) - Pihak TNI Angkatan Udara masih menyelidiki sebuah pesawat pengintai tanpa awak (unmanned aerial vehicle) yang jatuh di Bintan, Kepulauan Riau kemarin. Hingga tadi malam belum bisa dipastikan asal negara pemilik pesawat itu.
"Saat ini masih diselidiki di Lanud Tanjungpinang Riau oleh tim dari TNI Angkatan Udara," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus kemarin. Pesawat itu dipastikan bukan milik Indonesia. "Dari inventaris kita, tidak memiliki itu," tambahnya.
Sebuah pesawat intai tanpa awak ditemukan jatuh terapung di perairan Tanjung Berakit, Bintan oleh nelayan sekitar, Senin pagi sekitar pukul 07.30 WIB. Pesawat berukuran panjang 3 meter dan lebar 2,5 meter ini ditemukan Mukri, nelan setempat sekitar 1,5 mil dari pantai.
Pesawat berbadan merah dan sayap kuning ini memiliki baling-baling di belakang, dilengkapi dengan parasut dan antena kecil di badan pesawat. Sekitar pukul 10.00 WIB pesawat ini dibawa ke Polsek Gunung Kijang. Setelah berkoordinasi dengan Lanud Tanjungpinang, pihak TNI AU kemudian membawa pesawat ini untuk diidentifikasi.
Menurut Azman, tim akan memeriksa apakah ada data-data rahasia yang disimpan dalam UAV itu. "Namun, biasanya fungsi pesawat seperti itu tidak menyimpan data di pesawat melainkan sebagai transmitter dan langsung dikirimkan ke pengendali," katanya.
Jika nantinya dipastikan pesawat itu milik militer negara lain, TNI AU juga akan berkoordinasi dengan Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan. "Kami menyelidiki dulu, sikap resminya nanti mungkin dari Mabes TNI atau Kemhan," tutupnya.
Dari penelusuran di internet, diketahui Banshee adalah pesawat tanpa awak buatan Meggitt Defence Systems, Inggris. Banshee dikembangkan serius oleh Inggris bekerjasama dengan US Air Force. Banshee memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya, bisa tahan mengudara 18 jam, bisa dikendalikan dari laptop, punya sensor laser untuk mengincar target, dan bisa mengirim data real time ke laptop pengendali. (rdl)