Pesawat Latih Flybest Jatuh

Pendidikan | Jumat, 13 September 2013 - 10:58 WIB

Pesawat Latih Flybest Jatuh
Pesawat Latih Cessna 152 dengan nomor registrasi PK-KFC jatuh di perairan Ngenang, Nongsa Batam, Kamis (12/9/2013). Tepatnya pada koordinat 1'1' U -104' 1'1' 00 E. Tak ada korban jiwa, instruktur flight bernama Lidia Rosa dan muridnya Agus Nabil hanya mengalami luka ringan. Foto: WIJAYA SATRIA/RPG

BATAM (RP) - Pesawat latih Cessna PK 152 KFC milik Flybest Flight Academy Hang Nadim Batam jatuh di perairan Batam persisnya di sebelah Timur Pulau Ngenang, Kamis (12/9) sekitar pukul 07.00 WIB. Pesawat ini jatuh di laut Pulau Ngenang diduga akibat gangguan pada mesin.

Kepala Bandara Hang Nadim, Suprasetyo mengatakan, pesawat meninggalkan Bandara Hang Nadim atau take off sekitar pukul 06.45 WIB. Saat meninggalkan bandara kondisi pesawat dalam keadaan laik terbang. ‘’Cuaca bagus, tidak ada masalah. Demikian juga dengan komunikasi antara Hang Nadim dengan awak pesawat sebelum meninggalkan bandara tidak ada masalah,’’ jelasnya.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Namun, sekitar 10 menit setelah take off tepatnya pukul 06.55 WIB, pesawat lepas kendali dari radar komunikasi Air Traffic Control (ATC) Hang Nadim.

‘’Pukul 06.55 WIB terjadi lost contact antara Hang Nadim dengan pilot, kami langsung memberitahukan pihak Flybest dan SAR. Saat itu langsung dilakukan pencarian, dan tak lama diketahui bahwa pesawat tersebut jatuh di perairan Ngenang,’’ ungkap Suprasetyo.

‘’Kita belum dapat memastikan penyebab jatuhnya pesawat latih tersebut. Karena kami masih menunggu tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Hari ini tim KNKT langsung turun untuk memeriksa pesawat,’’ beber Kaepala Bandara.

Sementara itu, Indah Irwansyah, Kepala Keselamatan Penerbangan Hang Nadim Batam menyebutkan, pesawat latih itu sendiri kata dia diketahui berada di koordinat 1’1’N 104' 11"00E. Namun, saat itu pesawat belum ditemukan keberadaannya.

Masih kata Indah, dari percakapan antara instruktur Lia Rossa dengan ATC Tanjungpinang kalau saat itu mereka minta request untuk kembali ke Batam dengan alasan engine trouble (mesin rusak).

Namun, sebelum sampai di Hang Nadim, tepat pukul 6.55 WIB pilot pesawat atau instruktur pesawat lost contact baik dengan ATC Tanjungpinang maupun dengan ATC Hang Nadim, artinya mereka sudah jatuh tepat pukul 07.00 WIB,’’ ungkapnya.

Sebelum jatuh pesawat naas tersebut kata Indah, sudah terbang melewati rute dari Hang Nadim, Tanjung Kasam, Jembatan 5 Barelang, Pulau Numbing, Pulau Mantang, Tanjung Uban lalu kembali ke Jembatan 5 dan jatuh di perairan Timur Pulau Ngenang.

Pasca jatuhnya pesawat latih yang dikendalikan Agus Nabil (20), siswa penerbang Flybest dan Lia Rossa (29), instruktur penerbang, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Chief Instruktur Flybest Kapten Dennis yang ada di home base Hang Nadim.

‘’Dari situ Kapten Dennis langsung menerbangkan pesawat latih lainnya untuk mencari keberadaan pesawat. Dan benar saja pesawat itu jatuh di perairan tepatnya di perairan Ngenang. Setelah itu kami langsung koordinasikan dengan Tim Basarnas dan TNI AL,’’ kata Indah.

Sementara itu Dennis saat ditemui wartawan di kantornya saat ditanya apa penyebab jatuhnya pesawat latih tersebut enggan berkomentar.

‘’Maaf saya tidak bisa memberikan informasi, apa yang sudah terjadi dengan pesawat kami,’’ katanya dalam bahasa Inggris.

Bangkai Pesawat Telentang

Pantauan RPG di TKP, pesawat pertama kali ditemukan oleh Aci nelayan Pulau Ngenang yang sedang mancing. Saat itu pesawat dalam kondisi terbalik, hidung atau baling-balingnya hancur. Para nelayan ini langsung menolong kedua korban dari dalam pesawat dan dilarikan ke Punggur selanjutnya dibawa ke RS Awal Bros Batam.

Lokasi jatuhnya pesawat ini sekitar 15 menit dari Pelabuhan Rakyat Telagapunggur dalam. Di sini air lumayan bergelombang maklum saja karena langsung berbatasan dengan Tanjung Uban yang memang terkenal arus derasnya. Beruntung saat perjalanan RPG dan crew menyewa pompong dengan kapasitas besar PK 40.

Menurut Kepala Pos TNI AL Punggur Letda Setiyo Mulyono yang ditemui RPG saat evakuasi bangkai pesawat di laut Ngenang, upaya evakuasi berjalan mulus dibantu tim Basarnas, TNI AL, KPLP dan Polair Polda Kepri. Para petugas mengikat bangkai pesawat ke kapal agar tidak lepas.

‘’Saat ditemukan bangkai pesawat mengapung dengan kondisi roda ke permukaan air. Rencananya akan ditarik ke Batam atau dekat ke home base pesawat untuk dilakukan investigasi oleh KNKT,’’ kata dia sambil menambahkan, kedua korban atas nama Lia Rossa dan Agus Nabil selamat dan hanya luka-luka ringan. Tadi sudah dibawa ke Punggur Batam.

Cuaca dan Jarak Pandang Normal

Di tempat terpisah Kepala BMKG Hang Nadim Batam Philip Mustamu melalui prakirawan Nizam Mawardi menyebutkan, saat kejadian pagi sekitar pukul 6.30 WIB hingga pesawat jatuh kecepatan angin berkisar 6-7 knot atau 12-13 KM/jam. Kondisi ini kata dia termasuk normal.

‘’Kondisi awan cerah berawan. Arah angin dari Selatan. Angin di ketinggian dari permukaan laut berkisar 5-10 knot, tidak jauh dengan angin permukaan dan jarak pandang 7 KM atau normal di mana kalau untuk pesawat kecil seperti Cessna,’’ tuturnya.

Lia Suka Curhat

Ia menyebut Lia Rossa, sang instruktur orangnya terkenal cukup ramah bahkan sering curhat dengan staf-staf BMKG. Wanita asal Amerika ini kata dia sering minta data angin, cuaca, jarak pandang saat akan membawa anak didiknya terbang.

‘’Saya kaget pas dengar kejadian itu. Dia orangnya supel. Dia itu instrukstur cewek satu-satunya di Flybest. Dia kalau dari info anak-anak didiknya yang juga sering diajak meminta data cuaca tinggalnya di mes di Sukajadi,’’ katanya.

Sementara itu Agus Nabil beserta rekan-rekannya yang lain merupakan anak-anak yang familiar dengan crew BMKG Hang Nadim. ‘’Mungkin karena mereka terbiasa sesuai prosedur di negara asalnya, jadinya informasi cuaca itu sangat penting,’’ tambahnya.

Sekali Kuliah Rp655 Juta

Kampus Flybest Flight Academic sendiri diketahu buka di Batam pada 16 Januari 2012 lalu dengan alasan untuk mencetak pilot yang memang masih minim di Indonesia.

Lokasi kampusnya berada di areal Bandara Hang Nadim, tepatnya bersebelahan dengan kantor BMKG dan ATC Hang Nadim Batam. Kampus ini diresmikan setelah mendapat sertifikasi dari Dirjen Perhubungan.

Sekolah ini merupakan sekolah penerbangan ke-15 yang ada di Indonesia. Saat itu Direktur Flybest Academic, Karin Item menyebutkan, satu instrukturnya hanya menangani maksimal 6 siswa. Agar proses belajar mengajar lebih efektif.

Awal dibuka Flybest Academic memiliki 4 instruktur. Sedangkan fasilitas belajar yang dimiliki Flybest Academic yakni simulator penerbangan, ruang belajar yang memadai serta memiliki tujuh unit pesawat.

‘’Empat tahun ke depan, kita akan memiliki 14 pesawat latih yang jenisnya Cessna 152 dan Cessna 172,’’ kata Karin Item saat itu.

Sedangkan biaya perkuliahan menurutnya ada 3 lisensi di antaranya Private Pilot Lisense (PPL) yang biayanya 12.000 dolar AS, Instrument Rating (IR) yang biayanya 12.000 dolar AS serta Commercial Pilot Lisense (CPL) biayanya 33.000 dolar AS. Sehingga biaya total sampai tamat ada 57.000 Dolar AS atau setara dengan Rp655 juta untuk satu siswa dengan masa kuliah sekitar 1,5 tahun.

Sedangkan koordinat latihan penerbangan yang diizinkan oleh pihak Bandara Hang Nandim yakni sekitar radial 169 derajat, tepatnya di atas jembatan 5 Barelang.

Ini agar tidak mengganggu kelancaran kegiatan dan sudah kordinasi dengan Air Trafic Control (ATC) Batam, dan Tanjungpinang. (thr/mng)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook