BATAM (RP) - Sebanyak 21 TKI dideportasi dari Malaysia, Senin (11/6). Seperti para TKI lain, mereka banyak mendapatkan siksaan atau gajinya tak dibayar.
Yangen, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Cilacap Jawa Tengah merupakan salah satu yang punya pengalaman pahit. Perempuan berumur 40 tahun lebih itu mengaku sudah tidak tahan lagi, dan sangat bersyukur bisa lepas dari majikan yang selalu memukulnya menggunakan alat masak itu.
Selain dipukul majikan, gaji selama bekerja tidak pernah dibayarkan. Gaji baru dibayar majikan setelah diuruskan oleh Konjen RI di Malaysia.
Yangen menuturkan, masuk Malaysia pada 2009 lewat agen resmi dengan dijanjikan bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dan di bekali permit PRLT. Namun kenyataannya, sampai Malaysia ia bekerja di kedai makan hingga tiga tahun.
‘’Gaji saya dipotong empat bulan oleh majikan itu pun dibayar setelah dimintai oleh Konjen RI di Malaysia,” tuturnya.
Dalam kontrak awal, kata Yangen, ia hanya bekerja selama dua tahun saja. Namun karena tidak ada penggantinya, Yangen diminta oleh majikan untuk melanjutkan kontrak selama satu tahun. Kontrak kedua inilah awal kisah pahit perempuan dua anak itu mulai terjadi.
Sejak baru menandatangani kontrak kedua, Yangen mengaku selalu dipukuli kepalanya setiap hari menggunakan sendok masak yang terbuat dari besi dan berukuran besar. Akibat pemukulan yang diterima setiap hari, bekas pukulan di kepala ia bawa pulang sampai Indonesia.
Melihat Yangen dipukuli setiap hari oleh majikannya, pekerja kilang yang setiap hari makan di kedai tempatnya bekerja melaporkan hal itu ke Polisi Malaysia.
Mendapat laporan, Polisi Malaysia membawa Yangen ke KBRI di Malaysia dan ditampung sementara sebelum dipulangkan kembali ke Indonesia bersama TKI lainnya.
Berbeda dengan Yangen, Suwita TKW yang baru dua bulan masuk Malaysia mengaku lari dari majikan karena tak tahan siksaan. Selain dipukuli, gaji selama dua bulan juga belum dibayarkan oleh majikannya.
TKW Pramban Kulon Jawa Timur itu masuk Malaysia April 2012 dan bekerja di Butik Lilian. Ia lari dari tempat kerjanya menuju Rumah Sakit Johor Bahru. Pihak RS pun langsung menginformasikan pihak KBRI di Malaysia setelah mengetahui Suwita warga negara Indonesia.
“Saya tak tahan maka saya memilih lari. Rambut saya ditarik-tarik majikan,” katanya.
Sementara itu, Febriana dari Satgas TKI Kepri mengatakan pemulangan seluruh TKI ini akan dilakukan Rabu (13/6) lusa. Rata-rata TKI ini kabur karena tidak dibayar gajinya oleh majikan disamping korban tabrak lari.
“Ada sebagian yang akan di bawa langsung oleh keluarganya,” ungkapnya.
Para TKI ini, kata Febrina, berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Kupang, Aceh dan Kepri masing-masing laki-laki 4 orang, bayi 2 orang, perempuan 15 orang.(eca)