BATAM (RIAUPOS.CO) - Pasokan gas elpiji tiga kilogram atau gas melon di Kota Batam semakin sulit didapat. Kalaupun dapat harganya Rp25 ribu per tabung.
Itu karena pasokan gas elpiji di pangkalan resmi yang biasanya menjual dengan harga subsidi Rp15 ribu sudah tidak ada stok. Sementara di pangkalan titipan atau pangkalan liar dijual dengan harga yang cukup mahal.
Itulah yang dirasakan warga di sekitar wilayah Sagulung dan Batuaji sejak sebulan belakangan ini. Melonjaknya harga gas melon ini, karena pasokan sangat langka sehingga pemilik pangkalan liar dengan mudah mendapatkan keuntungan dengan cara menjual gas di atas harga normal.
‘’Pangkalan resmi semuanya pada kosong, yang ada malah di penjual gas keliling pakai motor, itupun harganya Rp25 ribu. Mau tak mau terpaksa beli, karena memang memerlukan,’’ ujar Marliana (31), ibu rumah tangga di Perumahan Puskopkar Batuaji, kemarin.
Berbeda dengan Syamsudin pemilik kedai lontong sayur di RKT Batuaji, selama tiga hari usahanya tutup karena tak ada pasokan gas. Dia baru dapat pagi kemarin, karena keliling hingga ke wilayah Bengkong. ‘’Dapatnya di Bengkong harapan, harga masih normal di sana,’’ ujarnya.
Beberapa pangkalan resmi di wilayah Batuaji menuturkan memang stok gas melon sedang kosong selama tiga hari belakangan ini. Kalaupun datang paling 40 tabung, itu pun dalam hitung menit sudah habis,’’ ujar Amri pemilik pangkalan di simpang Basecamp.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisprindag) Kota Batam Amsakar Achmad, mengakui hal itu. Persoalan kelangkaan pasokan gas itu, karena memang masih ada beberapa kendala teknis yang terjadi.
Di antaranya sampai saat ini Disprindag Batam sama sekali tak punya data siapa saja yang berhak mendapatkan gas melon baik berupa data nama maupun alamat. Itu karena menurut Amsakar, saat konvensi minyak tanah ke gas elpiji, pihaknya belum rampung menyediakan data siapa saja yang berhak mendapatkan gas subsidi itu.
‘’Tapi karena terdesak dipakai saja data yang belum rampung itu, sehingga simpang siur seperti saat ini. Makanya kalau terus begini kami akan panggil Pertamina untuk membahasnya,’’ ujar Amsakar, Selasa (6/1).(eja/mng)