Filsafat dan Pembelajaran Bahasa: Kaitan dan Pengembangannya

Pendidikan | Kamis, 10 November 2022 - 09:00 WIB

Filsafat dan Pembelajaran Bahasa: Kaitan dan Pengembangannya
Mimi Sri Irfadila (Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan Mahasiswa Program Doktoral IKB UNP)

Filsafat memberikan kontribusi sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Filsafat mengkaji ilmu sejak beraba-abad lampau. Sebut saja tokoh terkenal filsafat, Plato, Aristoteles, Al Farabi telah mengetengahkan bahwa sejatinya manusia hidup adalah untuk membuktikan kebenaran dan meraih kebijaksanaan. Untuk memperoleh itu semua, manusia membutuhkan ilmu dan pengetahuan. Ilmu dan pengetahuan adalah dua objek utama yang dikaji di dalam filsafat. Begitu juga dengan bahasa yang dikenal juga dengan filsafat bahasa.

Fisafat bahasa selalu dipahami dalam dua sudut pandang yang berbeda, sudut pandang pertama menyebutkan bahwa bahasa adalah alat yang digunakan untuk menganalisis konsep-konsep, sudut pandang kedua melihat bahwa bahasa adalah kajian tentang bahasa itu sendiri. Perpaduan dua sudut pandang ini dalam kajian filsafat melahirkan bentuk bahasa dan makna bahasa. bentuk bahasa berkaitan erat dengan tata bahasa. makna bahasa berkaitan erat dengan untuk apa bahasa digunakan, apa arti yang terkandung di dalam sebuah bahasa, dan bagaimana bahasa dapat membentuk sebuah pemahaman.  


Beberapa teori psikologi, sebagai sebuah turunan paling dekat dengan filsafat, juga turut memberikan pengaruh besar dalam bahasa. terutama dalam proses pembelajarana bahasa. dari sudut pandang filsafat psikologi, manusia akan mengalami pemerolehan bahasa terlebih dahulu, setelah itu manusia akan memasuki masa pembelajaran bahasa.  Keterkitan ini dapat dilihat bahwa banyaknya teori psikologi yang mempengaruhi teori-teori dalam pembelajaran bahasa. sebut saja teori behaviorisme, nativisme, kognitivisme, dan konstrruktivisme. Setiap teori tersebut memberikan pandangan yang berbeda dalam hal pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Teori Behaviorisme menekankan pada observasi empirik dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan tentang bagaimana lingkungan dan manipulasi lingkungan dapat membentuk pemerolehan bahasa seseorang. Namun, ranah pembelajaran bahasa dan kajian bahasa yang lebih luas belum tersentuh.

Sementara itu, teori Nativisme yang digagas oleh Chomsky menyebutkan bahwa manusia berbahasa bukan terjadi hanya dipengaruhi lingkungan, melainkan manusia memang memiliki alat untuk menangkap dan memahami bahasa. alat ini dikenal dengan Language Acquisition Device (LAD). Setiap anak tidaklah belajar bahasa dari sedikit demi sedikit, dari kesalahan-kesalahan pada tiap tahap pemerolehannya, melainkan anak memperoleh bahasanya dari sistem yang berkembang pada tiap tahap yang mereka lewati. Dengan LAD yang dimiliki anak, perkembangan bahasa anak akan berlangsung sistematis dan pada tiap perkembanganya akan membentuk hipotesa-hipotesa sesuai perkembangannya.

Teori Kognitivisme mulai berkembang pada awal abad ke-60. Teori ini menyebutkan bahwa manusia belajar bahasa dari cara menfsirkan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Setiap anak (manusia) memiliki kapasitas kognitif yang mampu membantunya menemukan struktur bahasa yang didengarnya. Dengan kata lain, adanya stimulus yang menenggarai munculnya pemahaman pada kognitif anak. Pemahaman yang terbentuk kemudian mengarahkan pada cara memproduksi bahasa, serta mengkompresi bahasa sehingga kemampuan bahasa anak akan terus berubah dan berkembang. Seluruh aktivitas ini membutuhkan jalinan kerja sama dalam otak anak. Dalam teori ini konsep kematangan bahasa anak didasari pada kematangan kognitif anak.

Dari keseluruhan teori pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa anak menyepakati bahwa dalam setiap proses tersebut tidak lepas dari pemahaman sistem dasar bahasa, yaitu tata bahasa. Tata bahasa sebagai sebuah sistem menjadi acuan dalam mempelajari bahasa. sistem tersbut tertuang dalam struktur. Jika dikaitkan dengan pandangan lingusitik, struktur bahasa yang menjadi dasar di dalam pembelajaran bahasa melipti struktur bunyi, struktur kata, struktur antarkata, strutktur makna, serta struktur pemakaian bahasa dengan apa yang dibicarakan. Pada bagian ini maka betullah tata bahasa sangat berperan dan memeberikan sumbangan sangat besar dalam pengkajian setiap struktur tersebut.

Pembelajaran bahasa yang dilakukan, baik pembelajaran bahasa pertama (L1) maupun bahasa kedua dan bahasa asing (L2) di lembaga formal dan nonformal sangat membutuhkan strategi, model, bahan ajar, dan media pembelajaran yang tepat. Pemilihan masing-masing aspek tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan ketercapaian tujuan pembalajaran bahasa yang dimaksud (L1 maupun L2). Dari sudut pandang para linguis, bahasa adalah fenomena yang dapat dipelajari secara terpisah-pisah sehingga dapat diselami lebih dalam terkait bagian-bagian tersebut. Sementara itu, dari sudut pandang pemahaman umumnya bahasa disebut sebagai fenomena sosial yang berkaitan erat dengan budaya dan dimanfaatkan dalam aktivitas komunikasi antar manusia.

Pembelajaran bahasa juga banyak dipengaruhi oleh teori-teori dari psikologi, seperti aliran behaviorisme, nativisme, kognitivisme, dan konstrruktivisme. Setiap teori tersebut memberikan pandangan yang berbeda dalam hal pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Teori Behaviorisme menekankan pada observasi empirik dan metode ilmiah hanya dapat menjelaskan tentang bagaimana lingkungan dan manipulasi lingkungan dapat membentuk pemerolehan bahasa seseorang. Namun, ranah pembelajaran bahasa dan kajian bahasa yang lebih luas belum tersentuh.

Sementara itu, teori Nativisme yang digagas oleh Chomsky menyebutkan bahwa manusia berbahasa bukan terjadi hanya dipengaruhi lingkungan, melainkan manusia memang memiliki alat untuk menangkap dan memahami bahasa. alat ini dikenal dengan Language Acquisition Device (LAD). Setiap anak tidaklah belajar bahasa dari sedikit demi sedikit, dari kesalahan-kesalahan pada tiap tahap pemerolehannya, melainkan anak memperoleh bahasanya dari sistem yang berkembang pada tiap tahap yang mereka lewati. Dengan LAD yang dimiliki anak, perkembangan bahasa anak akan berlangsung sistematis dan pada tiap perkembanganya akan membentuk hipotesa-hipotesa sesuai perkembangannya.

Teori Kognitivisme mulai berkembang pada awal abad ke-60. Teori ini menyebutkan bahwa manusia belajar bahasa dari cara menfsirkan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Setiap anak (manusia) memiliki kapasitas kognitif yang mampu membantunya menemukan struktur bahasa yang didengarnya. Dengan kata lain, adanya stimulus yang menenggarai munculnya pemahaman pada kognitif anak. Pemahaman yang terbentuk kemudian mengarahkan pada cara memproduksi bahasa, serta mengkompresi bahasa sehingga kemampuan bahasa anak akan terus berubah dan berkembang. Seluruh aktivitas ini membutuhkan jalinan kerja sama dalam otak anak. Dalam teori ini konsep kematangan bahasa anak didasari pada kematangan kognitif anak.

Dari keseluruhan teori pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa anak menyepakati bahwa dalam setiap proses tersebut tidak lepas dari pemahaman sistem dasar bahasa, yaitu tata bahasa. Tata bahasa sebagai sebuah sistem menjadi acuan dalam mempelajari bahasa. sistem tersbut tertuang dalam struktur. Jika dikaitkan dengan pandangan lingusitik, struktur bahasa yang menjadi dasar di dalam pembelajaran bahasa melipti struktur bunyi, struktur kata, struktur antarkata, strutktur makna, serta struktur pemakaian bahasa dengan apa yang dibicarakan. Pada bagian ini maka betullah tata bahasa sangat berperan dan memeberikan sumbangan sangat besar dalam pengkajian setiap struktur tersebut.

Fakta mendasar yang harus selalu diingat adalah setiap bangsa memiliki jenis dan ragam bahasa yang berbeda. Setiap bahasa juga memiliki strukturnya masing-masing berdasarkan bentuk yang berkembang di dalam bahasa tersebut. Saat ini, masyarakat dunia tidak lagi dalam kelompok masyarakat yang bilingual, tetapi ada yang telah sampai pada masyarakat yang multilingual. Hubungan bilateral antarnegara dan antara beberapa negara tentunya akan membutuhkan alat komunikasi guna menjalin kerjasama tersebut. Bahasa sangat berperan di dalam hal ini.

Berpijak pada kebutuhan dan tendensi dari kerjasama yang terbetuk tersebut juga melahirkan berbagai perkembangan, satu di antaranya muncul dan berkembangnya kelas-kelas bahasa (pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing). Setiap kelas bahasa memuat kurikulum pembelajaran bahasa. Maka dalam membuat dan mengembangkan kurikulum pembelajaran bahasa, tata bahasa beserta teori tata bahasa memberikan sumbangsih besar untuk membuat sequence dalam materi ajar yang akan diterapkan di tiap tingkatan atau level yang berbeda. Di samping itu, hirarki di dalam tata bahasa membantu para pengajar bahasa (baik bahasa kedua maupun bahasa asing) untuk memilih metode dan strategi yang tepat di dalam pembelajaran.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook