RANAI (RIAUPOS.CO)- Industri sagu di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau belum dapat dijadikan sandaran hidup untuk membantu ekonomi keluarga.
Sebagian besar pabrik sagu atau kilang sagu yang ada di Natuna dikelola secara sederhana dengan produksi yang terbatas dan sederhana, sehingga menyebabkan usaha di sektor ini belum dapat menjamin keberlangsungan ekonomi sebuah rumah tangga.
Anggota DPRD Kepri Daerah Pemilihan Natuna-Anambas Drs H Sofyan Samsir menyebutkan, keterlibatan rumah tangga keluarga di Natuna pada sektor ini dilakukan secara sambilan, belum ada keluarga rumah tangga atau kilang sagu atau bahkan industri yang benar-benar memproduksi hasil olahan sagu menjadi tepung sagu maupun hasil olahan lainnya.
Padahal, urai politisi asal Partai Golkar itu, tanaman sagu di Kabupaten Natuna, terutama di Desa Ceruk dan Desa Sungai Ulu, terdapat banyak tanaman sagu yang siap diolah menjadi bahan makanan atau bahan untuk dijadikan makanan seperti sagu butir untuk bahan pembuatan kernas maupun bahan untuk pembuatan makanan khas Natuna tabelmando.
Minimnya usaha yang bergerak di bidang ini, khususnya keluarga rumah tangga selain keterbatasn modal juga persediaan pohon sagunya sendiri, selain itu juga disebabkan pemasaran hasil olahan yang belum menjanjikan dan bernilai ekonomis.
Khusus mengenai lahan, ujar Anggota Komisi III DPRD Kepri itu, perkebunan sagu di Natuna umumnya dimiliki oleh orang per orang.
Belum ada upaya untuk menjadikan tanaman sagu sebagai lahan perkebunan dengan menaman atau mengembangkan perkebunan. Tidak seperti halnya karet atau kelapa dikembangkan sedemikian rupa menjadi perkebunan dengan nilai ekonomis tinggi.
Sofyan Samsir berharap pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dalam hal ini dinas pertanian harus melakukan action untuk mengembangkan tanaman sagu sebagai lahan industri rumah tangga terlebih lagi dapat dijadikan sebagai makanan pengganti selain beras.(dac)