“Harusnya orangtua kalau diundang rapat oleh sekolah, datang. Jika ada yang tidak setuju, sampaikan. Tidak mau bayar, bilang. Atau mau menyumbang sukarela, tidak ada masalah. Kalau keberatan, orangtua bisa walk out juga seperti anggota dewan. Mereka berhak untuk menyampaikan pendapat. Mereka berhak untuk itu. Tapi kenyataanya banyak yang protes baru setelah keputusan diambil. Ini yang membuat kita bingung,” paparnya.
Karena itu, ia makin menegaskan bahwa orangtua harus kiritis dan vokal. Tidak boleh ada sekolah yang memaksakan bayaran ini dan itu. Semua harus transparan, berdasarkan kemampuan dan kesepakatan kedua belah pihak. “Saya minta kalau ada keberatan dan itu salah, sama sama kita cegah dari awal,” tutupnya.(*3/ade)