PELALAWAN (RIAUPOS.CO) - Sektor swasta dinilai mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon dunia dan mendukung pencapaian target net-zero emisi, khususnya di kawasan ASEAN. Hal ini dibahas dalam ASEAN Business Investment Summit (ABIS) di Jakarta, Ahad (3/9), rangkaian forum bisnis yang digelar menjelang KTT ASEAN pada 5-7 September.
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper unit operasional APRIL Group Sihol Aritonang mengatakan, perubahan iklim menimbulkan risiko bagi dunia usaha saat berbicara pada diskusi panel bertajuk “Dekarbonisasi Asia Tenggara: Memetakan Jalan ASEAN Menuju Masa Depan Net-Zero”. Dan perusahaan meresponsnya dengan serangkaian upaya nyata.
Seperti diketahui, APRIL merupakan salah satu produsen serat, pulp, dan kertas terbesar di dunia yang beroperasi di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, dan terkenal dengan produknya, PaperOne yang dipasarkan hingga ke 110 negara.
APRIL melakukan banyak hal sebagai bagian dari komitmen net-zero, termasuk melakukan dekarbonisasi di seluruh area operasinya, meningkatkan produktivitas lahan sejalan dengan konsep pengelolaan hutan berkelanjutan, dan menerapkan rencana restorasi dan konservasi.
“Dari sisi pengelolaan lahan, cara kami dalam mengurangi emisi karbon adalah dengan meningkatkan produktivitas lahan dan memperkuat komitmen konservasi dan restorasi. Dari sisi operasional, kami melakukan dekarbonisasi di seluruh aspek operasional dengan berinvestasi pada teknologi dan science,” kata Sihol dalam panel.
Dari sisi operasional, APRIL mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan dalam aktivitas pabrik sejalan dengan target Climate Positive pada komitmen keberlanjutan APRIL2030. Saat ini tingkat pemanfaatan energi terbarukan telah mencapai 88,6 persen mendekati target 90 persen. Instalasi panel surya (solar panel) sebesar 11 MW dari target 50 MW memainkan peran penting dalam pencapaian ini.
Secara keseluruhan, perusahaan telah mencapai pengurangan intensitas emisi karbon produk sebesar 22 persen dari target tahun 2030 sebesar 25 persen. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi energi dalam operasional dan penggunaan bus listrik di lingkungan kerja perusahaan.
FOLU Net Sink Indonesia Sihol mengatakan upaya mencapai net zero emission di APRIL juga bertujuan untuk mendukung rencana pemerintah Indonesia di sektor kehutanan untuk mencapai status net sink pada tahun 2030, yang juga dikenal sebagai FOLU (Forest and Other Land Use) Net Sink.
“Upaya kami juga selaras untuk mendukung tercapainya agenda iklim FOLU Net Sink melalui kegiatan konservasi restorasi, dan pengelolaan lahan yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Melalui Komitmen Keberlanjutan APRIL tahun 2030, APRIL bertujuan untuk meningkatkan produktivitas serat di perkebunan yang dikelola untuk industri (HTI) sebesar 50 persen. Saat ini, peningkatan produktivitas serat tercatat sebesar 13 persen dari tahun 2019 hingga 2022.
APRIL juga memiliki komitmen 1 for 1, yakni mengkonservasi setiap 1 hektare lahan dari setiap 1 hektare lahan yang dikelola untuk produksi. Saat ini progres komitmen tersebut telah mencapai 80 persen dan akan mendorong terwujudnya tujuan 100 persen. Hal ini didukung oleh komitmen pendanaan sebesar 1 dolar AS per ton produksi, memastikan pendanaan berkelanjutan untuk upaya konservasi dan restorasi.
Salah satu program dari komitmen 1 for 1 yang dijalankan APRIL adalah program restorasi terbesar di Sumatera, Restorasi Ekosistem Riau (RER), yang mencakup area seluas 150.000 hektare atau setara dua kali luas Singapura.
“RER menjadi bukti nyata bahwa solusi berbasis alam tidak hanya memberikan manfaat untuk berkontribusi terhadap pencegahan iklim. Akan tetapi, juga memberikan banyak manfaat sosial-ekonomi dan lingkungan, seperti perlindungan keanekaragaman hayati, menjaga ekosistem, dan mendukung penghidupan berkelanjutan,” papar Sihol.
Selain berbagai upaya tersebut, APRIL juga berinvestasi dalam pembangunan empat menara emisi gas rumah kaca (GRK) dan peralatan pemantauan. Investasi ini dilakukan agar APRIL dapat memahami sepenuhnya dinamika emisi GRK di berbagai jenis penggunaan lahan yang menjadi panduan dalam mitigasi iklim dan mendukung praktik pengelolaan lahan gambut yang terbaik.
Sebagai informasi, selain Sihol, sesi panel tersebut juga diikuti oleh Presiden Canada-ASEAN Business Council (CABC) Wayne Farmer, Presiden Kasikornbank Thailand Pipit Aneaknithi, Chief Sustainability Officer Standard Chartered Bank Marisa Drew, Managing Director Glasgow Financial Alliance untuk Net Zero Yuki Yasui, serta Wakil Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Indika Energy Azis Armand.(rls/rio)