LANGGAM (RIAUPOS.CO) - Aktivitas warga Dusun Mamahan Jaya, Desa Pangkalan Gondai, Kecamatan Langgam kembali berangsur normal pascajembatan penyeberangan di dusun tersebut ambruk diterjang banjir, Ahad (6/2) lalu. Warga tempatan yang mayoritas berprofesi sebagai petani kelapa sawit ini, merasa gembira karena bisa melansir dan menjual tandan buah segar (TBS) menggunakan sepeda motor untuk memenuhi keperluan hidup.
Bahkan, anak - anak yang sebelumnya diliburkan, kini telah mulai kembali bersekolah. Para pelajar tersebut, sangat bersemangat berangkat menuju sekolah mereka untuk mengikuti proses kegiatan belajar dengan melintasi jembatan darurat barbahan material kayu yang telah dibangun Pemkab Pelalawan melalui Dinas PUPR dan juga BPBD.
Dimana instansi yang bergerak di bidang infrastruktur ini, telah menurunkan sejumlah alat berat agar dapat cepat membangun sarana penyeberangan bagi warga. Sehingga dengan adanya jembatan darurat tersebut, warga Dusun Mamahan Jaya tidak lagi terisolasi dampak putusnya jembatan yang menjadi satu-satunya akses jalan darat bagi mereka menuju kota di Desa Pangkalan Gondai.
"Ya, Alhamdulillah, meski belum 100 persen berjalan dengan normal, namun berkat respon cepat Pemkab Pelalawan, saat ini sebanyak 88 kepala keluarga (KK) di Dusun Mamahan Jaya sudah kembali melakukan aktivitas. Seperti melansir sawit, meski belum bisa menggunakan kendaraan roda empat. Begitu juga dengan aktivitas anak-anak yang telah mulai kembali bersekolah," terang Kepala Desa Pangkalan Gondai Aman L kepada Riau Pos, Kamis (10/2).
Diungkapkannya, tidak hanya Pemkab Pelalawan, namun pemerintah pusat melalui tim Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS) III, juga ikut andil menunjukkan kepeduliannya terhadap nasib warga yang sebelumnya tidak dapat melakukan aktivitas akibat terisolasi dampak putusnya jembatan tersebut. Yakni memberikan bantuan keperluan masyarakat, seperti makan siap saji. Bahkan, BWSS juga menyatakan kesiapan untuk membangun jembatan sementara bagi masyarakat.
"Hanya saja, kami dari masyarkat dan desa belum bisa menyediakan meterial, seperti kayu. Maklumlah yang namanya kayu sekarang ini, sangat susah didapati. Apalagi kayu kapasitas jembatan itu minimal diameternya 30-50 centimeter. Sehingga dengan kondisi itu, Pemkab Pelalawan mengambil inisiatif untuk membangun jembatan darurat agar warga tidak terisolasi dalam jangka waktu cukup panjang," paparnya.
Meski pembangunan jembatan tersebut belum maksimal, sambung Aman, namun pihaknya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Pemkab Pelalawan yang merespon cepat nasib wargadengan membangun jembatan darurat. "Bahkan, Pemkab Pelalawan juga telah mengakokasikan dana APBD Pelalawan 2022 untuk merealisasikan pembangunan jembatan permanen dengan panjang sekitar 17 hingga 20 meter," ujarnya.
Hanya saja, lanjutnya, warga Dusun Mamahan Jaya merasa kecewa. Pasalnya, hingga saat ini, tidak ada satupun pihak perusahaan yang beroperasi di Kecamatan Langgam menunjukkan kepeduliannya untuk ikut andil atas nasib warga atas kejadian tersebut. Padahal, jembatan tersebut merupakan urat nadi bagi masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas. Khusus akses bagi para pelajar, baik tingkat SD, SMP dan SMA untuk berangkat menuju sekolah mereka.
"Untuk itu, kita berharap pihak perusahaan yang beroperasi di Kecamatan Langgam dapat ikut andil dan peduli terhadap warga di sekitar lingkungan operasionalnya melalui program CSR. Salah satunya membangun jembatan," sebutnya.(ade)
Laporan wira saputra, Langgam