PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Menanggapi masalah penurunan oprit itu, pengamat perkotaan dan dosen Teknik Sipil UIR Ir Rony Ardiansyah MT IP-U menjelaskan, oprit sebenarnya merupakan bagian penting dari sebuah jembatan. Oprit, dalam bahasa Inggris disebut approach slabs (pelat injak pendekat), digunakan untuk menyediakan transisi yang lembut antara kepala jembatan dengan jalan raya. Desain oprit berupa timbunan tanah di belakang abutment atau di belakang kedua kaki jembatan. Urukan tanah dibuat sepadat mungkin serta dilindungi tembok penahan agar menghindari penurunan.
Posisi oprit di bagian bawah menjadikannya masuk kategori bangunan bawah jembatan. Bangunan tersebut, dalam struktur utuh jembatan, berfungsi mengalirkan gaya dari atas jembatan ke tanah. Namun demikian, oprit dari timbunan tanah membuatnya cenderung tidak stabil terutama jika perhitungan dalam perencanaannya meleset atau keliru. Penurunan oprit dapat disebabkan tiga hal. Penyebab pertama adalah tekanan horizontal (tekanan datar) yang berlebihan. Bisa pula beban timbunan oprit bertambah karena banjir yang naik sampai mendekati lantai jembatan.
Penyebab kedua penurunan oprit yakni timbunan oprit itu sendiri. Urukan tanah yang melebihi tinggi kritis dari kemampuan topang lapisan tanah lunak membuat oprit anjlok. Keadaan ini akan mendorong bagian bawah abutment jembatan. Penyebab ketiga adalah berkurangnya daya tahan lateral atau daya tahan sisi. Hal ini disebabkan berubahnya penampang sungai di kaki-kaki jembatan.
Penurunan oprit juga disebut dapat memengaruhi struktur jembatan. Ketika oprit bergeser, bagian atas atau bawah kaki jembatan atau abutment ikut bergerak. Penurunan oprit dapat mendorong gelagar dan lantai jembatan yang berujung kegagalan struktur.
Permasalahan utama pada timbunan jalan pendekat yaitu sering terjadinya penurunan atau deformasi pada ujung pertemuan antara struktur perkerasan jalan terhadap ujung kepala jembatan. Hal ini disebabkan karena pemadatan yang kurang sempurna pada saat pelaksanaan, akibat tebal pemadatan tidak mengikuti ketentuan pelaksanaan atau kadar air optimum tidak terpenuhi. Karena air mengalir ke luar, di mana terjadi kapilerisasi pada lapisan atau kelurusan air melalui saluran drainase sehingga ada perubahan tegangan efektif. Pemadatan lapisan timbunan jalan pendekat yang berlebih, di mana terjadi perubahan kadar air yang mengakibatkan pengembangan lapisan tanah yang dapat mendesak permukaan perkerasan ke atas.
Beberapa hal yang harus diperhatkan, masalah keseimbangan atau stabilitas ditentukan oleh kondisi beban pada tanah dan struktur di atasnya. Sedang masalah deformasi memerlukan perhitungan yang cermat untuk mengetahui besar distribusi tegangan yang ditimbulkan oleh beban struktur terhadap tanah dan berapa besar daya dukung tanah daar yang dapat menahan struktur di atasnya atau bagaimana pengaruh tinggi timbunan terhadap penurunan, longsor dan deformasi kepala jembatan.
Untuk mengeliminir penurunan pada kepala jembatan adalah dengan menggali pada tanah kritis/labil umumnya di daerah rawa dan menggantinya dengan material pilihan sehingga material timbunan akan lebih cepat memadat. Penggunaan material ringan untuk mengurai berat timbunan sehingga penurunan dan stabilitas dapat ditekan.
Kemantapan timbunan oprit sebagai bagian infrastruktur jalan dan jembatan perlu diimplementasikan berdasarkan analisis dan evaluasi yang hasilnya dapat memenuhi persyaratan dalam mengadopsi lalu lintas tanpa suatu kendala. Dampak yang berasal dari ketidakstabilan timbunan oprit jembatan dapat dilihat pada kejadian-kejadian berikut, terjadi penurunan yang tiap tahun perlu di-rising atau di-overlay atau dilakukan penambahan lapisan beraspal sebagai wujud pemenuhan persyaratan standar pelayanan minimum bagi pengguna jalan, yaitu aman dan nyaman. Untuk kejadian penurunan timbunan oprit, agar memenuhi standar pelayanan minimum berlalu lintas perlu dilakukan overlay.
Bila penurunan yang terjadi ini bertambah secara signifikan, Rony menjelaskan, baik secara cepat atau selama masa konstruksi maupun untuk waktu yang cukup lama atau selama masa pelayanan, akan berdampak pada struktur bangunan di sekitarnya. Tentunya dengan penambahan lapisan perkerasan untuk mewujudkan standar pelayanan minimum yang disyaratkan, akan berdampak terhadap menurunnya tingkat stabilitas timbunan oprit secara signifikan. Kecepatan penurunan timbunan oprit yang terjadi dapat dipengaruhi oleh tingkat konsistensi tanah lunak yang berada di bawahnya dan tinggi timbunan yang dibangun.
Pada dunia konstruksi memang banyak sekali yang harus direncanakan sesuai dengan rujukan dan standar yang ada, pada pengerjaan proyek jembatan pun tidak hanya merencanakan dan mengerjakan konstruksi jembatan saja tetapi konstruksi oprit juga merupakan salah satunya yang harus direncanakan, seperti yang sudah dipaparkan di atas semuanya mengenai oprit dan dampak tidak stabil timbunan.(jrr)