Manfaatkan Energi Ramah Lingkungan Mulai dari Pedesaan

Pekanbaru | Kamis, 31 Agustus 2023 - 14:14 WIB

Manfaatkan Energi Ramah Lingkungan Mulai dari Pedesaan
Ketua Kelompok Tani Bhina Sudarman mengaduk kotoran sapi dengan air yang akan menghasilkan energi biogas di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023). (EVAN GUNANZAR/RIAUPOS.CO)

TAPUNG (RIAUPOS.CO) – Menyadari pentingnya energi terbarukan, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan pengembangan program Desa Energi Berdikari melalui Biogas di Desa Muktisari, Kecamatan Tapung, Kampar, Rabu (5/7/2023). Pengembangan energi ini PHR bermitra dengan Yayasan Rumah Energi (YRE).

Program Desa Energi Berdikari merupakan program Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan (TJSL) PHR-WK Rokan yang fokus kepada kemandirian masyarakat desa dengan memanfaatkan dan mengembangkan energi baru dan terbarukan.
tamba
Ketua Kelompok Tani Bhina Sudarman memasukkan kotoran sapi kedalam reaktor yang nantinya akan menghasilkan energi biogas di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).


Program di desa ini memanfaatkan kotoran ternak sapi milik masyarakat setempat, yang diolah menjadi biogas. Gas yang dihasilkan kemudian dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan rumah tangga seperti memasak dan untuk penerangan, selain itu kotoran sisa hasil proses produksi gas ini juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk.

Ketua Kelompok Tani Bhina, Sudarman yang sudah memanfaatkan program ini mengatakan, manfaat dari program ini sudah dapat dirasakan secara langsung.
tambah
Ketua Kelompok Tani Bhina Sudarman Memberikan makan ternaknya yang kotorannya dimanfaatkan menjadi energi biogas di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023)

"Sekarang gas kita gak beli lagi, bisa hemat jauh, kalau biasa dalam sebulan bisa habis tiga sampai empat tabung gas 3 kg, sekarang tidak perlu repot-repot beli lagi dan juga uangnya bisa dipergunakan untuk keperluan lain,” ungkapnya.

Dijelaskan Darman, proses kotoran sapi yang diolah melalui reaktor hingga menjadi biogas cukup sederhana.

“Terlebih dahulu kotoran sapi dimasukkan kedalam tangki pencampur, kemudian kotoran tersebut dicampur air dengan takaran satu banding satu, Jadi misalnya lima kilogram kotoran, dicampur dengan lima liter air,” jelasnya.
tambah
Ketua Kelompok Tani Bhina Sudarman menghidupkan aliran biogas dari reaktor menuju ke rumah di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).

Sudarman yang lebih akrab dipanggil Darman mengatakan, setelah teraduk rata, kotoran yang sudah bercampur air kemudian dialiri melalui lubang kecil menuju tangki pencerna atau biasa disebut Biodigister dengan kedalaman sekitar dua meter.

“Didalam tangki pencerna inilah terjadinya proses kotoran sapi tadi menjadi gas yang memakan waktu sekitar 7-15 hari. Jelasnya.

Dijelaskannya, setelah menghasilkan gas, gas kemudian dialiri kerumah melalui sebuah pipa plastik berukuran setengah inch yang dimanfaatkan dengan untuk keperluan memasak.

Sudarman yang akrab dipanggil Darman ini mengatakan, Selain untuk memasak, gas yang dihasilkan juga dimanfaatkan untuk menghidupkan lampu petromak.
tambah
Sudarman mengambil kotoran sisa pengolahan yang sudah bebas dari gas untuk dijual sebagai pupuk di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).

“Tidak hanya itu kotoran sapi sisa proses pembentukan gas ini juga bisa dimanfaatkan kembali menjadi pupuk, biasanya saya jual seribu per jerigen ukuran lima liter,” ungkapnya.

Dikatakannya, Meyakinkan warga desa terhadap pemanfaatan energi terbarukan ini cukup mengalami tantangan tersendiri. Terlebih ini merupakan hal yang baru bagi masyarakat sekitar.

“Masih banyak yang ragu kotoran sapi digunakan untuk memasak, warga masih beranggapan kalau gas yang dihasilkan tidak bersih karena bersumber dari kotoran,” katanya.
tambah
Warga memasak memanfaatkan energi biogas dari sapi ternak miliknya di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).

Meski diawal mendapat kesulitan dalam meyakinkan warga desa untuk menggunakan energi biogas ini, dirinya mengaku perlahan warga sudah mulai ada yang terbuka untuk mengetahui lebih jauh mengenai program ini.

“Sedikit-sedikit warga mulai bisa diberi pemahaman, ya namanya baru, pasti perlu proses sampai bisa diterima, apalagi terbukti gas nya tidak berbau jadi aman digunakan,” ungkapnya.
tambah
Ketua Kelompok Tani Bhina, Sudarman menyalakan lampu petromak menggunakan energi biogas dari sapi ternak miliknya di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).

PHR sebelumnya sudah memasang sekitar sembilan reaktor biogas, Delapan ada di desa Muktisari dan satu di Palas Rumbai.

Sementara itu, Senior Analyst Corporate Social Responsibility PHR, Delly Paramita mengatakan program Desa Energi Berdikari Pertamina merupakan program yang menawarkan solusi bersih atau energi baru terbarukan kepada masyarakat melalui fasilitas yang disediakan oleh Pertamina Hulu Rokan.

“Ini merupakan energi alternatif yang bisa diakses oleh masyarakat, kita berkomitmen Indonesia menjadi negara Net Zero emissions (NZE) 2050. Salah satunya dengan energi biogas ini,” ungkapnya.
tambah
Ketua Kelompok Tani Bhina, Sudarman memperlihatkan aplikasi yang digunakan untuk memantau ketersediaan gas meskipun berada jauh dari rumahnya di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Rabu (5/7/2023).

Dikatakannya, Dengan implementasi ataupun kolaborasi dengan berbagai pihak melalui Desa Energi Berdikari ini PHR mampu menyediakan satu energi bersih.

“ Kita berharap juga ini bisa menjadi solusi alternatif bagi masyarakat dan dapat meningkatkan dalam perekonomian,” tambahnya.

Sebagai Pilot Project Desa Energi Berdikari, PHR berharap msayarakat Desa Muktisari bisa memaksimalkan fasilitas yang sudah dibuat untuk kemajuan dan perkembangan di desa binaannya.

Laporan: Evan Gunanzar

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook