BEDAH BUKU MUHAMMAD AL-FATIH 1453 KARYA FELIX Y SIAUW

Menginspirasi Ratusan Jamaah

Pekanbaru | Senin, 30 Juli 2012 - 08:44 WIB

Menginspirasi Ratusan Jamaah
Ratusan jamaah mengikuti bedah buku Muhammad Al-Fatih 1453 karya Felix Y Siauw di Masjid Akramunnas Unri Pekanbaru, Sabtu (28/7/2012). (foto: idris ahmad/riau pos)

Laporan IDRIS AHMAD, Kota

Ratusan jamaah dan sebagiannya anak-anak muda memenuhi Masjid Akramunnas Universitas Riau Pekanbaru, Sabtu (28/7) lalu.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Mereka menyimak dengan seksama penuturan seorang motivator dan penulis muslim Felix Y Siauw. Ia adalah penulis buku Muhammad Al-Fatih 1453.

Beberapa jamaah tampak menitikkan air mata, terharu dengan perjuangan Muhammad Al-Fatih, seorang sultan muda dari Kesultanan Turki Usmani sang penakluk Konstantinopel.

Penaklukan Konstantinopel dalam sejarah Islam menjadi sesuatu yang bernilai, sebab isyarat penaklukkan kota penting Kekaisaran Romawi Timur, sebuah kekaisaran yang sangat kuat saat itu, telah diisyaratkan dalam sebuah hadis Rasullullah.

Ada jarak sekitar 825 tahun antara isyarat Rasulullah itu dengan realisasi penaklukkan. Penaklukkan tersebut dilakukan dalam pertempuran selama 54 hari.

Pemimpin pasukan Islam saat itu adalah seorang anak muda, yang juga sultan Turki Usmani bernama Sultan Mehmed II yang juga dikenal dengan nama Muhammad Al-Fatih. Usia Al-Fatih ketika itu baru 21 tahun.

Al-Fatih dan pasukannya menjadi istimewa, karena dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad disebutkan: Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang menaklukkannya.

Felix Y Siauw mengemukakan Al-Fatih sudah menyiapkan diri sejak kecil untuk memantaskan diri menjadi pemimpin pasukan yang akan menaklukkan Konstantinopel tersebut.

Ia sejak kecil dididik oleh para ulama, sejak usia aqil baligh tidak pernah meninggalkan Salat Rawatib dan Tahajjud. Ia juga menghindari kemaksiatan serta sudah hapal Quran sejak kecil.

Dalam bedah buku yang ditaja kerja sama Tafaqquh Study Club, Forum Silaturrahim Remaja Masjid Muthmainnah, Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Zainab dan Pengelola Masjid Akramunnas itu, ustad mantan atheis itu menguraikan perjuangan Al-Fatih dan pasukannya dalam pertempuran selama 54 hari seperti memindahkan 70 kapal perang Selat Bosphorus menuju Selat Tanduk melalui Pegunungan Galata dalam waktu satu malam. Selain kegiatan fisik, pasukannya pun senantiasa mendekatkan diri kepada Allah melalui zikir dan salat.

‘’Buku ini saya tulis sebagai entry point, agar umat Islam sadar dan yakin dengan janji-janji  yang telah diucapkan oleh Rasulullah,’’ ujarnya kepada Riau Pos.

Selanjutnya, ia mengemukakan, bagi siapapun yang ingin mengambil bagian dalam perjuangan Islam hendaknya memantaskan diri, seperti halnya Muhammad Al-Fatih sedari kecil berusaha memantaskan diri sehingga berhasil menaklukkan Konstantinopel.

Pejelasan tentang perjuangan Al-Fatih membuat banyak jamaah terharu, bahkan meneteskan air mata.

‘’Saya tidak bisa menahan tangis. Perjuangan Al-Fatih luar biasa. Kalau mendengar kisah-kisah perjuangan, saya selalu mengaitkan dengan diri sendiri. Mesti ada lompatan-lompatan dalam hidup yang harus saya raih. Kisah Al-Fatih ini sangat menginspirasi,’’ ujar salah seorang mahasiswa Abdul Malik

Sementara itu pembanding dalam bedah buku tersebut Ustad Dr Musthafa Umar mengemukakan sejarah pasti berulang. Menurutnya jika seorang muslim memegang prinsip-prinsip nilai yang dimiliki Muhammad Al-Fatih, maka siapapun bisa seperti Al-Fatih, berhasil dalam memperjuangkan Islam.

‘Jangan mengecualikan diri masuk dalam kafilah untuk memperjuangkan Islam,’’  tegasnya.

Kegiatan bedah buku yang ditaja oleh Tafaqquh Study Club akan berlanjut hingga Rabu (8/8) setiap hari dari Senin hingga Jumat di Masjid Agung Annur Pekanbaru mulai pukul 09.00 hingga pukul 11.30 WIB.***









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook