Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru solehsaputra@riaupos.co
Berawal dari menjadi korban, Bambang Karyawan (42) seorang guru SMA Cendana Pekanbaru tergerak hatinya untuk memunguti ranjau paku.
Pakaian rapi yang dikenakannya tidak membuat canggung membersihkan paku di jalanan.
Tidak ada yang terlihat spesial dari sosok Bambang Karyawan. Di usianya yang terbilang sudah tidak muda lagi, laki-laki yang akbrab disapa Bambang ini memiliki kegiatan unik.
Disela-sela kegiatannya sebagai guru, hatinya tergerak menjadi relawan ranjau paku.
Bukan tanpa alasan ia melakukan kegiatan itu, telah tiga kali menjadi korban dan tidak ingin orang lain mengalami hal sama yang menguatkan hatinya.
Bermodalkan sepeda motor matik, Bambang menuju ke sekolah di komplek Chevron Rumbai. Dari rumahnya di Jalan Tuah Karya, Tampan, Ia melewati Jalan Tuanku Tambusai yang selama ini dikenal sebagai ‘’sarang’’ penebaran ranjau paku.
Dengan kecepatan rata-rata 20 Km per jam, ia menyusuri Jalan Tuanku Tambusai. Hanya berjalan beberapa meter saja ketika memasuki jalan tersebut, dilihatnya paku telah banyak berserakan di pinggir jalan.
‘’Pakunya biasanya ngeblok-ngeblok satu lokasi saya bisa menemukan satu genggam. Kemudiam berjarak lima meter ada paku lagi,’’ ujar Bambang yang memungut paku dengan tangan kosong.
Sudah enam bulan terakhir Bambang menjalani aktivitas tersebut, tidak terhitung berapa banyak ia telah mengumpulkan paku.
Lantaran setiap kali ia mendapatkannya, selalu diserahkan kepada pihak kepolisian atau warga yang membutuhkan. Fakta menarik pun kerap ditemukan Bambang, selain terkadang banyak warga yang membantu.
Setelah pihak kepolisian melakukan razia ranjau paku, berjarak beberapa hari paku dijalanan hilang. Namun setelah itu ada kembali.
‘’Setelah saya punguti, besok paginya pasti ada lagi. Tapi kalau polisi habis razia, jarak beberapa hari pakunya hilang. Tapi setelah itu ada lagi,’’ ujar bapak satu anak ini.
Tidak hanya Bambang, beberapa rekan satu profesinya pun pernah terkena ranjau paku. Malahan saat itu rekannya mengalami bocor ban ketika hendak mengawas ujian nasional. Hal itu yang semakin menguatkannya untuk melakukan perbuatan mulia, meskipun bahaya kadang mengancamnya.
‘’Kadang takut juga kalau sedang mumunguti paku, mobil melaju kencang sementara saya tidak memakai pengaman apa-apa. Saya harap kegiatan ini dapat membantu orang lain, dan menjadi teladan bagi murid-murid saya di sekolah,’’ papar guru sosiologi tersebut.
Pernah terbesit di pikiran bambang untuk mengajak siswanya menjadi relawan, namun tentunya diwaktu yang tidak mengganggu jam pelajaran. (wws)