Munculnya pemberitaan soal konten vulgar yang terdapat dalam sebuah buku Penjaskes Kelas V SD membuat heboh dunia pendidikan di Kota Pekanbaru. Buku ini pun seketika menjadi ”tahanan” pustaka.
Laporan HENDRAWAN, Kota
RENCANA pendistribusian buku Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) Kelas V SD di SDN 114 Pekanbaru kepada muridnya terpaksa diurungkan. Belasan buku itu tersusun rapi di salah satu rak pustaka sekolah yang beralamat di Jalan Cempedak itu.
Riau Pos ditemani Wakil Kepala Sekolah Herawanis yang terpaksa menunda kepulangannya pukul 11.00 WIB Jumat (28/9) itu, langsung melihat kondisi buku di pustaka. Posisi buku itu terletak di salah satu sisi ruangan, jumlahnya tidak banyak.
‘’Buku ini belum diedarkan, masih di perpustakan. Buku ini tidak akan dibagikan, kita akan pakai buku yang lain sebagai penggantinya,’’ ungkap Herwanis yang merupakan salah seorang guru senior di SD 114, siang itu.
Kondisi ini sama dengan SDN 155 di Sukajadi. Buku ini buru-buru disimpan rapat-rapat. Padahal semula buku terbitan Buku Sekolah Elektronik (BSE) Pusat Perbukuan Kemendikbud akan didistribusikan kepada siswa.
‘’Buku itu belum sempat kita berikan materinya kepada siswa, buku itu baru dan siswa juga baru masuk tahun ajaran baru. Tapi mungkin buku itu tetap akan dipakai, entah itu nanti digunting bagian (vulgar) itu atau ditutup. Kami menunggu surat edaran dari dinas,’’ ungkap Kepala Sekolah SD 155 kepada wartawan kemarin.
Dari SDN 155, Riau Pos belok arah ke SDN 153 dan SDN 154 yang masih berada di sekitar Sukajadi. Di sini ternyata tidak terdapat buku BSE. Malahan SDN 153 menunjukkan buku Penjas Kelas V SD kepada wartawan yang jauh berbeda, merupakan keluaran penerbit lain.
Kepala Sekolah SD 153 Drs Sukiman menyebutkan, kebijakan guru Penjas sekolahnya memang tidak mengambil buku BSE. ‘’Kami tidak membeli buku yang itu, kami pakai buku jenis lain, guru olahraga buat kebijakan pakai buku lain,’’ ungkap Drs Sukiman.
Pada kesempatan itu, guru Penjas SD 153 Raisman, sempat pula memperlihatkan buku yang dipakainya mengajar kepada wartawan yang merupakan keluaran Bumi Aksara.
Pada dasarnya, konten vulgar itu berasal dari kurikulum yang bertopik menjaga kebersihan alat reproduksi. Kesehatan reproduksi memang masuk bidang pelajaran yang harus didapatkan oleh siswa Semester I Kelas V SD. Namun menurut Psikolog Hj Aida Malikha SPsi MSi, cara penyampaian dalam buku BSE itu tidak layak.
‘’Pendidikan seks usia dini itu perlu, namun mungkin penyampaiannya perlu diperhalus lagi, tidak vulgar seperti itu. Anak perempuan kelas V SD kan sudah ada yang haid dan mereka perlu tahu, tapi penyampaian di buku tidak harus seperti itu,’’ ungkap Aida.
Menurutnya, buku ini diasarankan agar tidak diberikan kepada siswa dan harus direvisi kontennya.***