Pengaduan Masih Nihil

Pekanbaru | Rabu, 29 Agustus 2018 - 13:46 WIB

Pengaduan Masih Nihil
Zaini Rizaldy Saragih

KOTA (RIAUPOS.CO) - Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru telah membuka layanan pengaduan pascadihentikan pelaksanaan imunisasi measles rubella (MR). Namun hingga kini belum ada laporan dari masyarakat mengalami efek samping terhadap pemberian vaskin tersebut. 

Pemberian imunisasi MR di Kota Bertuah bagi anak berusia sembilan bulan sampai lima tahun telah dihentikan sejak, Jumat (24/8) lalu. Penundaan ini menyusul keluarnya fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 33 Tahun 2018 tentang penggunaan vaksin MR. 

Baca Juga :Dinkes Sosialisasikan Pengaduan KIPI ke Pengelola Program Imunisasi Puskesmas

Di mana dalam fatwa itu pada poin kedua mengenai ketentuan hukum menerangkan, penggunaan vaksin diproduksi oleh Serum Institute of India (SII) dan didistribusikan ke Indonesia, haram. Karena dalam proses produksi positif menggunakan bahan mengandung babi dan human deploit cell atau bahan dari organ manusia. Meski demikian dalam fatwa itu MUI membolehkan (mubah) pemakaiannya dengan beberapa alasan dan pertimbangan. 

Selain itu, lantaran jumlah anak-anak yang menjadi sasaran dalam pemberian imunisasi mengalami penurunan secara drastis dari hari ke hari, akibat pihak sekolah menolak dengan alasan tidak mendapat izin dari wali murid. Karena salah satu komponen vaksin mengandung bahan tidak halal. 

Lalu, ada penolakan dari beberapa petugas puskemas dalam pelaksanan pemberikan imunisasi MR, lantaran ketidak halalan vaksin untuk pencegahan penularan penyakit campak dan rubella. Kemudian ada informasi dari puskesmas tentang  lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mencoba menuntut Diskes jika tetap menjalankan program tersebut. 

Plt Kepala Diskes Kota Pekanbaru Zaini Rizaldy Saragih mengatakan, pihaknya telah membuka pengaduan terhadap anak terlanjur diimunisasi. Mengingat sejak awal Agustus, pihaknya telah menyuntikan vaksin pengecah penyakit campak rubella dan campak kepada 39.235 anak.

“Kami terima pengaduan baik di puskesmas dan Diskes, bagi anak yang mengalami efek samping usai diimunisasi. Tapi sejuah ini belum ada (nihil, red),” ujarnya kepada Riau Pos, Selasa (28/7) kemarin.

Meski begitu kata Zaini, pihaknya ada menerima keluhan ringan dari beberapa anak yang telah disuntik. Keluhan itu dipaparkan dia, di antaranya masih ada anak yang merasa nyeri pada area bekas suntikan serta mengalami demam. Tapi itu semua sudah ditindaklanjuti. 

“Nyeri bekas suntikan itu, biasa. Tapi kita tetap tindaklanjuti. Begitu pula ada yang demam, kita sudah berikan obat. Insya Allah sekarang sudah tidak apa-apa,” tuturnya.

Kepada masyarakat, pihaknya mengimbau untuk segera melaporkan ke Diskes maupun puskesmas apabila mengalami efek samping dampak pemberian vaksin. Sebab pihaknya, memiliki tim penanggulangan pascaimunisasi yang melayani masyarakat yang merasa dirugikan. 

“Jika ada efeknya, kami periksa dulu untuk mengetahui apakah ditimbulkan dari vaksin itu. Maka kami minta melaporkannya,” jelasnya. 

Tekait kelanjutan pelaksanana imunisasi MR dia menerangkan, pihaknya telah menghadiri pertemuan bersama pihak Kemenkes, MUI Pusat, Kepala Diskes Provinsi Riau, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, Kemenag Riau, MUI Riau serta Kadisdik dan Kadiskes se-kota/kabupaten di Riau membahas persoalan ini. 

“Tadi (hari ini, red) kita sudah lakukan pertemuan di salah satu hotel Jalan Sudirman. Pertemuan itu membahas kelanjutan imunisasi,” imbuhnya.

Dalam pertemuan itu, pihaknya menyampaikan  akan melakukan pelaksanaan program pemerintah pusat apabila sudah ada surat instruksi dari baik dari Presiden, Kemenkes maupun Wali Kota Pekanbaru yang mengintruksikan pemberian imunisasi harus berjalan. 

“Dari kita belum bisa melanjutkannya, sebelum ada surat instruksi yang menyatakan tetap maupun wajib dijalankan,” jelasnya.

Pada kesempatan itu sambung dia, dengan keluarnya fatwa dari Majelas Ulama Indonesia (MUI) Nomor 33 Tahun 2018 tentang penggunaan vaksin MR, MUI Pusat menyarankan agar tetap melanjutakannya. Tapi pihaknya dalam pelaksanaan tersebut mengalami kesulitan lantaran banyak pihak sekolah maupun orang tua menolak.

“MUI menyarankan tetap jalan. Tapi kami mengalami kendala banyaknya penolakan. Kalau tetap dipaksakan, hanya pasti tidak maksimal,” terang dia.

Lebih lanjut disampaikan dia, untuk Pekanbaru sasaran vaksin MR terhadap 281.211 anak, sedangkan targetnya sekitar 196.844 anak atau 70 persen. “Realisasi kita baru 16 persen. Nanti hasil pertemuan itu kita sampaikan ke Pak Wali, guna meminta petunjuk dan sarannya,” pungkas Zaini.(rir)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook