ALENIA - UDJI KAYANG A S

Dilan, Tak Juga Bosan

Pekanbaru | Minggu, 29 Juli 2018 - 09:22 WIB

Dilan, Tak Juga Bosan
Udji Kayang A S, Peminat kajian budaya populer dan penulis buku Penasaran dan Belokan (2017)

(RIAUPOS.CO) - Film Dilan 1990 (2018) sudah lama meninggalkan layar bioskop. Film yang diadaptasi dari novel populer Pidi Baiq, Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 (2014), dibintangi aktor-aktris muda manis: Iqbaal Ramadhan (Dilan) dan Vanesha Prescilla (Milea).

Film amat laris diserbu banyak anak muda gagap asmara maupun orang dewasa pengenang kisah cinta asmara masa muda. Laris terbukti dari hitungan jumlah penonton film: 6 juta orang. Dilan 1990 ramai di bioskop dan terutama internet. Seturut gudang pengetahuan termutakhir, Google, film lebih banyak dibicarakan di internet daripada buku Pidi Baiq. Film mengaku berlatar, berperistiwa, dan bergagasan ’90-an, padahal jelas-jelas sangat milenial. Menurut saya, film ini sekadar menghadirkan Dilan, tanpa tahun 1990.

Film ramai karena dipromosikan bersenjata adegan rayuan gombal picisan Dilan yang lantas dikutip di sana-sini. Rayuan gombal bereferensi ke buku, tapi pembawaan Iqbal menggoda warganet merayakan dengan sekian peniruan. Kita menjumpai sekian rayuan gombal Dilan: “Kamu Milea ya? Aku ramal nanti kita akan bertemu di kantin.”; “Jangan rindu. Berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja.”; “Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”; “Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti orang itu akan hilang.”; “Cemburu itu cuma buat orang yang tidak percaya diri. Ya, dan sekarang aku sedang tidak percaya diri.” Dilan boleh kita anggap penggombal ulung, lelaki bersenjata kata-kata.

Baca Juga :Memperjelas Dua Film Dilan Sebelumnya

Rayuan gombal Dilan bukan hanya dirayakan dengan peniruan, tapi juga parodi. Kita maklum, kata-kata yang telah teringat kuat di benak khalayak hanya butuh parodi untuk mengakalinya jadi humor. Kita tertawa, menikmati sekian parodi rayuan gombal Dilan: “Milea, kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu deh kalau kamu udah bayar utang.”; “Milea, kamu cantik, tapi aku belum sunat. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.”; “Jangan ngerjain skripsi. Skripsi itu berat. Kamu nggak akan kuat, biar aku saja.”; “Jangan makan. Nanti kamu berat. Biar aku saja.”; “Kamu Milea ya? Aku ramal kita akan bertemu di kolom komentar Lambe Turah.”; “Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, nanti orang itu akan viral.”

Rayuan gombal dirayakan warganet semata-mata demi kesenangan, melepas penat hidup sepanjang hayat. Peniruan dan parod i ramai dirayakan warganet di sekurun waktu kemudian lekas berlalu. Sekian warganet mengaku bosan dan berlepas diri dari rayuan gombal Dilan serta berbagai parodinya.

Namun, tetap ada yang terlambat atau memang masih betah berparodi Dilan. Kita boleh menengok akun Instagram resmi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia di @kemdikbud.ri. Tanggal 10 Maret 2018, akun itu mengunggah foto iklan layanan masyarakat yang bermaksud mempromosikan KBBI Daring. Akun bangga menyebut KBBI Daring sudah menghimpun 108.207 lema dan 126.647 makna.

Kita pantas mempermasalahkan iklan Kemdikbud. Iklan memarodikan Dilan. Di iklan, Milea sedang memegang kamus dengan tangan kirinya, sedang Dilan di hadapan monitor komputer tampak memberi penjelasan ke Milea. Iklan berkutipan parodi rayuan gombal Dilan, “bawa kamus itu berat. Kamu tidak akan kuat. Pakai KBBI Daring saja.” Kehadiran KBBI Daring pantas kita syukuri lantaran memudahkan kita mencari makna kata-kata berbahasa Indonesia tanpa perlu membuka berlembar-lembar halaman kamus. KBBI Daring sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan cepat dan praktis akan arti kata-kata. Namun, kepraktisan KBBI Daring tak serta-merta pantas meniadakan KBBI versi cetak, yang menurut Kemdikbud: berat, kita tidak akan kuat!

KBBI versi cetak, yang tebal-montok itu, tetap pantas kita bela dan miliki. Iklan Kemdikbud memasang kutipan tak pantas lantaran berambisi merayakan parodi rayuan gombal Dilan, yang sayangnya secara gegabah. Kemdikbud mengiklankan KBBI, kitab penghimpun bahasa, dengan menunjukkan kemiskinan berbahasa: sekadar melakukan parodi, ketimbang secara kreatif menawarkan kebahasaan khasnya sendiri. Kemiskinan berbahasa juga dialami salah satu operator jaringan telepon seluler. Dua pekan setelah Kemdikbud memasang iklan di Instragram, operator termaksud mengirim pesan singkat ke para pelanggannya, “operator lain paket internetnya mahal, kamu nggak akan kuat.”

Operator itu jelas telah melakukan kesalahan berlipat, kesalahan kuadrat. Operator itu dengan sengaja menghadirkan parodi sesuatu yang sudah tidak viral alias dirayakan khalayak. Kita semua sama-sama tahu, film Dilan 1990 sudah lama berlalu, sekali lagi: sudah lama berlalu. Vanesha, pemeran Milea di film Dilan 1990, bahkan sudah sibuk mempromosikan #TemanTapiMenikah yang tayang mulai tanggal 28 Maret 2018. Kita tidak yakin, parodi rayuan gombal Dilan masih menarik bagi khalayak hari ini. Toh, di internet, kata-kata yang baru bisa begitu mudahnya viral, dirayakan khalayak, dan lekas menjadikan kita lupa pada kata-kata yang terdahulu viral. Lalu, sebagian kita akan tetap menjadi sekadar peminjam kata-kata viral itu. Berbahasa mungkin berat, banyak yang tidak kuat. Lho?***

Udji Kayang A S, Peminat kajian budaya populer dan penulis buku Penasaran dan Belokan (2017)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook