PEKANBARU (RP) - Faruq, balita berusia 2,4 tahun, warga Jalan Hang Jebat RT 03/RW 03 Kelurahan Suka Mulya, Kecamatan Sail, Jumat (27/4) malam, meninggal dunia karena suspect (diduga) avian influenza alias flu burung.
Putra pasangan Hendri dan Dewi ini menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat di Rumah Sakit Eria Bunda dan RSUD Arifin Ahmad selama 10 hari. Saat Riau Pos, Sabtu (28/4) coba minta keterangan, keluarga korban tak bersedia memberi penjelasan terkait kasus flu burung dengan alasan sedang berduka.
Bahkan Ketua RW 03, Amir, saat ditanya enggan menjelaskan lebih detail mengenai kematian balita tersebut. Ia hanya menyampaikan, lingkungan mereka selama ini bersih, tak pernah ada unggas yang mati mendadak. Amin mengakui, pada Jumat (27/4) memang ada petugas dari Dinas Peternakan melakukan cross check lapangan. Tapi mereka hanya melakukan penyemprotan desinfektan. ‘’Memang ada tiga petugas Dinas Peternakan yang datang ke sini,’’ katanya. Amir menambahkan, selama ini belum pernah warga yang tinggal di lingkungannya meninggal akibat flu burung. Ia juga minta agar tak dibesar-besarkan. ‘’Kita juga belum tahu bahwa anak ini dipastikan meninggal karena flu burung. Kita tunggu dulu hasil uji laboratorium dari RSUD,’’ katanya.
Amir membenarkan pasangan Hendri dan Dewi adalah warga pendatang yang baru tinggal selama kurang lebih 6 bulan. Ia juga mengakui, ayah almarhum Faruq, Hendri sehari-hari memang bekerja sebagai penjual telur puyuh. Sehari-hari Hendri lebih banyak di rumah setelah berdagang. ‘’Ya paling paling ketemu saya cuma di masjid ketika salat lima waktu. Memang iya beliau itu orangnya alim,’’ sebutnya.
Menurut keterangan tetangga korban, Ucok (43), kejadian ini memang mengagetkan warga setempat. Namun katanya, lingkungan tempat tinggal mereka tergolong bersih dan tak banyak warga yang memelihara unggas. ‘’Cuma saya yang memelihara ayam, itupun cuma tiga ekor. Tapi kondisi ayam saya sehat semua tak ada yang mati,’’ sebutnya. Menurut Ucok yang tinggal sekitar 30 meter dari rumah keluarga Faruq, balita tersebut tak dibungkus peti layaknya jenazah penderita flu burung. ‘’Tapi memang iya tadi pagi (kemarin, red) pihak Puskesmas menyarankan kita memakai sarung tangan saat memandikan jenazah,’’ tambahnya.
Diduga Kuat H5N1
Kepala Bidang (Kabid) Penanggulangan Kesehatan Dinas Kesehatan (Diskes) Pekanbaru, drg Sri Darmawati ketika ditanya mengatakan, Faruq diduga kuat meninggal akibat virus flu burung atau H5N1.
Hal itu menurutnya, dilihat dari indikasi penyakit yang diderita korban yang demam dan panas tingginya tak turun-turun dan akhirnya meninggal. Tapi Sri tak bisa memastikan apakah penyebabnya flu burung. Pasalnya, hasil sampel darah korban masih dibawa ke Jakarta untuk diuji di laboratorium.
‘’Diagnosa sementara, memang mengarah ke situ (flu burung). Tapi ini masih suspect, karena belum diketahui hasilnya. Memang korban demamnya tidak menurun sampai meninggal,’’ sebutnya pada Riau Pos.
Diduga, virus H1N1 yang didapat Faruq, bukan berasal dari Pekanbaru. Tapi karena korban sering memegang telur burung puyuh yang juga merupakan usaha orangtuanya. Telur itu didatangkan dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Berdasar data Diskes, dalam dua tahun terakhir korban meninggal suspect flu burung ada dua korban jiwa di Pekanbaru. Sedang dari Dinas Pertanian (Distan) Pekanbaru, berdasar investigasi ke titik kejadian, beberapa hari lalu, diketahui tak ada ditemukan indikasi adanya unggas yang terjangkit virus flu burung di sekitar rumah korban alias negatif. ‘’Kita sudah ke lokasi dan dua hari melakukan penyemprotan sekeliling rumah korban. Unggas pun tak ada yang mati, artinya negatif,’’ sebut Kadistan Pekanbaru Sentot D Prayitno pada Riau Pos.
Meninggalnya salah seorang pasien yang dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada Jumat (27/4) lalu dinyatakan resmi suspect flu burung. Ini diinformasikan Humas RSUD Ridho pada Sabtu (28/4). ‘’Memang ada yang meninggal, tapi masih suspect flu burung,’’ ujar Ridho. Mengenai informasi lebih lanjut Ridho meminta wartawan langsung bertanya pada dokter yang sempat merawat Faruq, dr Azisman. Namun saat coba dihubungi hingga berita ini diterbitkan, dr Azisman tak kunjung mengangkat telepon.(dik/ilo/h)