Laporan SYAHRUL MUKHLIS dan M ALI NURMAN, Pekanbaru
Nurbaiti, guru SDN 081 Marpoyan Damai melaporkan Said Nurjaya, wali murid sekolah tersebut ke Polda Riau, Selasa (27/11).
Didampingi kuasa hukumnya, Nurbaiti melaporkan Said Nurjaya atas tindak kekerasan yang dialaminya, Senin (26/11) lalu.
Aksi Nurbaiti ini mendapat dukungan penuh dari rekannya sesama guru yang ikut mendatangi Polda Riau.
Para guru tersebut mengaku ikut trauma dengan apa yang dialami Nurbaiti yang disebut mendapat ancaman di bawah senjata api oleh Said Nurjaya yang menjabat Kepala Bidang Perlindungan Dinas Kehutanan Riau.
Kuasa hukum Nurbaiti, Wirlisman SH membenarkan bahwa dia mendampingi Nurbaiti melaporkan tindak kekerasan yang dialami kliennya tersebut.
‘’Sekarang ini kami melaporkan tindakan kekerasan kepada pihak kepolisian. Biarlah pihak kepolisian yang memprosesnya,’’ kata Wirlisman.
Sementara Kepala SDN 081 Marpoyan Damai, Yafril Ayub mengatakan bahwa sebenarnya mereka ingin berdamai. Namun sebagai pendidik mereka juga menginginkan keamanan, bukan ancaman.
‘’Kami ingin menyelesaikan, tapi masalahnya kami juga mendapatkan ancaman,’’ ujar Yafril.
Jadi, jika sebelumnya pihak sekolah ingin berdamai, namun setelah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya mereka memilih untuk menempuh jalur hukum.
‘’Saya sudah dipanggil oleh kepala dinas dan PGRI. Karena kami sudah mendapatkan dukungan, maka kami menempuh jalur hukum,’’ kata Japril.
Sore itu, selain Nurbaiti, masih banyak guru-guru rekan-rekan sesama mengajar Nurbaiti yang hadir di Mapolda Riau. Mereka juga merasa trauma mengajar jika ada ancaman senjata.
‘’Sebenarnya kalau dipikirkan lebih jernih lagi oleh Pak Said, anak dia adalah anak kami juga saat di sekolah. Tentunya kami akan membimbing dan mendidik. Tapi mungkin karena emosi, beliau bertindak demikian,’’ kata salah seorang guru, rekan Nurbaiti.
Belasan guru-guru tersebut tidak mau menyebutkan namanya. Beberapa percakapan rekan-rekan Nurbaiti tersebut dengan wartawan menunjukkan kecemasan mereka atas ancaman yang dialami Nurbaiti.
‘’Nanti kalau disebut pula nama saya, saya pula yang diancam dan ditampar,’’ ujar salah seorang guru yang ikut menemani Nurbaiti ke Mapolda Riau.
Said Nurjaya Siap Hadapi Proses Hukum
Sementara itu, Said Nurjaya saat dihubungi melalui telepon selularnya mengatakan pada intinya dia siap menghadapi proses hukum jika memang dirinya dilaporkan. Namun Said juga mengatakan dia sedang tidak berada di Pekanbaru.
‘’Sebelumnya sudah ada surat perdamaian. Saya juga sudah usahakan selesaikan semua urusan ini sebelum berangkat ke Rengat. Saya juga menjamin keselamatan ibu itu dan keluarganya dari ‘’orang’’ saya,’’ kata Said.
Ditegaskan Said kembali, ‘’Pada intinya saya menghormati semua guru. Karena saya juga punya guru,’’ kata Said.
Masih Trauma
Nurbaiti sendiri mengaku masih mengalami trauma akibat ditampar dan diancam bunuh oleh wali murid anak didiknya, Said Nurjaya yang juga Kepala Bidang Perlindungan Dinas Kehutanan Provinsi Riau, Senin (26/11) lalu.
Hal ini disampaikan suami Nurbaiti, Subirman kepada Riau Pos, Selasa (27/11) siang. ‘’Dia (Nurbaiti, red) trauma. Saat tidur dia terbayang pistol yang dikeluarkan wali murid itu,’’ kata Subirman saat ditemui sedang mendampingi sang istri di Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru.
Saat itu sedang dilakukan pertemuan dengan Sekretaris Disdik Pekanbaru, Saadunir, Kabid TK dan SD Naguib Nasution, Kepala SDN 81 H Yafril Ayub dan Ketua PGRI Pekanbaru Jakiman.
Subirman juga menyesalkan perbuatan wali murid tersebut, apalagi saat menampar dan mengancam dengan mengeluarkan pistol, wali murid juga mengucapkan kata-kata yang arogan.
‘’Dia cabut pistolnya. Dia bilang, saya bunuh kamu, saya bunuh suami kamu dan saya bunuh tujuh keturunan kamu. Dia juga bilang, siapa yang tidak kenal Gepeng di Riau ini,’’ lanjut Subirman.
Terkait apa yang menimpa istrinya ini, Subirman mengatakan peristiwa ini akan dibawanya ke ranah hukum. ‘’Kami ingin ini diproses sesuai hukum. Kami akan melaporkan. Karena ini, bukan hanya menyangkut istri saya, tapi juga profesinya sebagai guru,’’ ujarnya.
Kepada wartawan, Nurbaiti kembali menceritakan peristiwa yang menimpanya tersebut. ‘’Saya tidak menampar,’’ kata Nurbaiti. Dipaparkannya, saat itu, ia yang menjadi Wali Kelas VA SD 081 sedang mengajar PPKN.
‘’Saya memberikan tugas. Ia (Said Muhammad Rifki, red) terus bercerita dengan temannya. Saya tegur, tapi dia tetap bercerita terus,’’ ungkapnya.
Setelah ditegur beberapa kali dan tetap tak mengindahkan, Nurbaiti lalu mengambil langkah tegas. Rifki didatangi dan dimarahi.
‘’Saya pegang kepalanya. Saya bilang, pulang saja kalau tak mau belajar. Dia langsung bilang, ‘’jangan pegang kepala saya’’ dan dia pergi keluar,’’ terang Nurbaiti.
Selang beberapa saat kemudian, saat guru-guru berada di dalam ruangan dan murid menikmati waktu istirahat, datanglah orangtua Rifki, Said Nurjaya.
‘’Saya langsung ditampar. Dan dia mengeluarkan pistol. Dia juga mengancam,’’ lanjutnya sambil mengatakan keributan itu langsung diredam oleh guru-guru yang lain. Diceritakannya pula, di sekolah itu Rifki dikenal bandel dan sering tidak mengerjakan tugas. ‘’Guru-guru juga banyak yang mengeluh,’’ ucapnya.
Sekretaris Disdik Pekanbaru, Saadunir kepada wartawan di tempat yang sama menjelaskan, bahwa permasalahan ini belum menemui titik terang perdamaian.
Ia mengatakan, Dinas Pendidikan akan mendukung jika Nurbaiti menempuh jalur hukum. ‘’Kita akan support melalui bantuan hukum kepada Nurbaiti. Kita serahkan sepenuhnya pada guru yang bersangkutan jika kasus ini ingin dilanjutkan pada proses hukum,’’ katanya.
Ketua PGRI Pekanbaru, Jakiman seusai pertemuan mengatakan, pihaknya tidak akan membiarkan terjadinya pelecehan terhadap profesi guru seperti ini, ditambah lagi, terjadi pula kekerasan terhadap guru.
‘’Janganlah harkat dan martabat guru itu dilecehkan. Kita sangat setuju jika ini diproses sesuai hukum yang berlaku,’’ tegasnya.(yls)