PEKANBARU (RP) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru melalui Kasi Surveiland dan Penanggulangan Bencana M Napiri SKM MKL mengimbau masyarakat Kota Pekanbaru untuk mengurangi aktivitas di luar rumah.
Menyusul nilai Indeks Standar Pencemaran udara (ISPU) sudah di angka 160. Ini diperoleh dari hasil pengamatan pada alat yang digunakan oleh PT Chevron Pasific Indonesia (CPI).
Ia katakan, dengan kondisi ini dia menganjurkan kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas keluar rumah. Karena paparan kabut asap yang ada sekarang ini sangat rentan bagi kesehatan manusia.
‘’Jika memang memiliki aktivitas padat di luar rumah, maka gunakan masker yang sebelum dipakai agar dibasahi terlebih dahulu, dengan tujuan untuk menutupi pori-pori yang ada pada masker. Tapi sebaiknya jangan terlalu lama berada diluar rumah,’’ ujar Napiri.
Lebih lanjut dia mengatakan, dampak dari kabut asap secara keseluruhan bagi kesehatan warga Pekanbaru, sampai pekan ke-23 di bulan Juni, laporan penyakit ISPA yang disampaikan dari masing-masing Puskesmas di Pekanbaru hanya terjadi 13 kasus.
Namun angka tersebut dinyatakan Napiri masih ada kemungkinan bertambah jika nanti paparan kabut asap bertambah pekat.
Sementara untuk terkait pembagian masker oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sendiri, sejauh ini katanya belum dapat dilakukan. Sebab menurut protapnya, masker baru dapat dibagikan jika kualitas udara yang ada pada ISPU sudah mencapai level sangat tidak sehat. Kendati demikian sebutnya lagi, saat ini Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru sudah memiliki cadangan masker sebanyak 1.000 lembar.
Jarak Pandang 600 Meter
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau dan kiriman dari provinsi tetangga mulai menampakkan efek, kabut asap pekat dan menutupi udara Pekanbaru mulai terjadi membuat jarak pandang terbatas, 600 meter.
Meski demikian aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II berjalan normal.
Pantauan Riau Ros, Rabu (27/6) 05.30 WIB, kabut asap terlihat tebal, sehingga membuat jarak pandang menjadi terbatas. Kabut asap tebal terjadi membuat pernafasan menjadi sesak, dan mata pedih.
Dari tebalnya kabut asap ini, banyak kendaraan masih menghidupkan lampu sampai pukul 07.00 WIB.
Salah seorang warga Sukajadi, Revi (26) yang pagi itu baru pulang dari masjid usai Salat Subuh, mengatakan asap dari karhutla ini membuat sesak. ‘’Kalau kondisinya seperti ini tidak bisa berlama-lama diluar rumah, kabut asapnya tebal, dan jarak pandang menjadi terbatas,’’ ujarnya menjelaskan.
Sampai pukul 06.00 WIB, kabut asap masih tebal. Ditambahkan, Reno (28) warga Jalan Punai, Sukajadi, meski kondisinya tidak baik bagi kesehatan namun masih banyak juga warga beraktifitas di luar rumah. ‘’Sebagian masyarakat menggunakan masker, dan ada juga yang memilih beraktifitas di dalam rumah,’’ sebutnya.
Kebanyakan dari warga yang masih nekad beraktifitas itu adalah pedagang pasar, yang sejak dini hari sudah sibuk menjajakan dagangannya. Memang ada yang memakai masker tapi ada juga yang tidak.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru, merilis bahwa berdasarkan data yang didapat, kabut asap tebal yang terjadi pada pagi hari itu murni hasil dari kebakaran hutan dan lahan. Dan itu merupakan akumulasi dari kabut asap yang sebelumnya.
‘’Jarak pandang memang sangat terbatas, minimal pagi hari itu, sekitar pukul 06.00-07.00 WIB itu hanya 600 meter, namun 07.00 - 08.00 WIB sudah normal diangka 1.500 meter,’’ jelas kepala stasiun BMKG, Ferry Sitorus melalui staf analisa, Warih Budi Lestari.
Lebih lanjut dikatakan Warih, kabut asap yang terjadi saat ini merupakan yang paling parah. Karena didukung dominasi diwilayah selatan, yang juga dibantu dengan kondisi angin yang berasal dari tenggara sampai barat daya.
‘’Angin juga mendukung penyebaran asap di Riau ini, dan ini bukan dari Riau saja tapi ada kiriman dari provinsi lain,’’ sebutnya.
Dijelaskan Warih lagi, untuk kondisi titik panas (Hotspot) yang terpantau di Riau mengalami naik turun, dua hari sebelumnya sempat menyisakan dua titik sekarang kembali meningkat.
Dari monitoring satelit NOAA 18, di Riau itu terpantau 36 titik, untuk Rabu (27/6). Terdapat di Rohul dua, Bengkalis dua, Siak lima, Pekanbaru yang sebelumnya nol, kini mulai terpantau sebanyak satu titik, Kampar tiga, Kuansing tujuh.
Sementara itu, Pelalawan delapan, dan Inhu delapan titik. Sedangkan untuk Sumatera lainnya, Aceh 11, Sumbar 10, Jambi 20, Sumsel 33, Bengkulu lima, dan Lampung lima titik.
‘’Secara keseluruhan di Sumatera itu titik api yang terpantau 120 titik, dan Riau kini menjadi yang terbanyak menyumbang titik panas,’’ tuturnya.
Dari peristiwa kabut asap tebal yang terjadi sejak pagi hingga muncul matahari, di mana jarak pandang sangat terbatas, Airport Duty Manager, PT (Persero) Angkasa Pura II, Bandara SSK II, Ibnu Hasan menyebut jarak pandang memang sangat terbatas. ‘’Tapi semua aktivitas normal,’’ singkatnya.
Disebutkan, dari jarak pandang 600 meter, untuk take off masih di atas minimal 500 meter, dan landing 1.000 meter. (gus)