Hentikan Geng Motor

Pekanbaru | Kamis, 28 Februari 2019 - 09:35 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) Penangkapan terhadap geng motor King of King yang dilakukan Polsek Limapuluh menyadarkan masyarakat kalau geng motor belum ‘’mati’’ di Kota Bertuah. Geng motor yang kebanyakan anggotanya anak usia sekolah lebih cenderung bertindak nekat, bahkan bisa berujung kepada kematian seseorang.

Kepada Riau Pos, Rabu (27/2), kriminolog Dr Kasmanto Rinaldi mengatakan, dinamika keberadaan geng motor seolah tak pernah padam. Hal ini dikarenakan antara lain konteks pelakunya sebagian besar adalah usia remaja.“Dari aspek teori netralisasi remaja cenderung membenarkan apa yang dia lakukan. Dia akan senantiasa menolak untuk dipersalahkan meskipun yang dia lakukan kenyataanya adalah salah,” kata Kasmanto yang juga dosen di salah satu universitas di Pekanbaru.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Dijelaskannya lagi, permasalahan ini sejatinya masih bisa ditoleransi apabila derajat kesalahan yang dia lakukan masih relatif kecil. Sementara pada kasus geng motor ini, di mana para pelaku sudah “berani” melakukan kekerasan bahkan pembunuhan, ini merupakan suatu tindakan yang tidak dapat ditolerir lagi meskipun usia mereka masih belia.

Lebih lanjut dijelaskannya, keberanian dari para pelaku, biasanya cendrung diprovokasi oleh kelompok mereka yang intim. Dengan dalih balas dendam dan solidaritas tidak bisa diterima bahwa mereka boleh melakukan tindakan yang tergolong sadis seperti kekerasan dan bahkan menghilangkan nyawa orang lain.

“Keberanian mereka muncul karena tingginya provokasi dari kelompok mereka, sehingga mewajibkan kita untuk meminimalisir keberadaan kelompok-kelompok seperti itu,” jelasnya.

Dibeberkanya, dengan kondisi tersebut pihak kepolisian harus jeli, melihat dan memetakan potensi kelompok dan keberadaanya serta lokasi atau sasaran yang akan mereka jadikan tujuan.

Dilihat dari waktu mereka beraksi hampir rata rata mendekati usia tengah malam menjelang waktu Subuh. Hal ini semakim mencerminkan bahwa mereka bukan lagi anak-anak remaja. Namun lebih menunjukkan identitas mereka sebagai kelompok kriminal yang akan siap setiap waktu untuk memangsa para mangsanya.

“Dengan demikian, keberadaan geng motor ini jangan diberikan kesempatan untuk berkembang sehingga diperlukan tindakan yang tepat dan cepat dari pihak kepolisian serta pihak lainnya agar peduli termasuk masyarakat dan orang tua,” sarannya.

Sering Bolos Sekolah

Dari enam tersangka pengeroyokan mengaku anggota geng motor King Of King yang ditangkap jajaran Polsek Limapuluh bersama Buser Polresta Pekanbaru, dua tersangka diketahui masih pelajar aktif di salah satu SMA di Pekanbaru.

“Dua orang pelajar kemarin sudah dikoordinasikan dengan pihak sekolah. Ternyata, anak-anak itu memang jarang datang ke sekolah. Sering bolos,” kata Kanit Reskrim, Iptu Abdul Halim kepada Riau Pos, Rabu(27/02).

Dalam prosesnya, Halim menjelaskan ada ketentuan dan persyaratan anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum. “Seperti pendampingan hingga pengacara untuk anak-anak ini,” sambungnya.

Dalam kasus ini, kepolisian tengah melakukan pencaharian pelaku lainnya. Di mana, ada 17 orang masuk daftar pencaharian orang (DPO) dan diperkirakan jumlahnya akan terus bertambah.

“Diperkiraka memang ada lebih dari 20 orang dan hasilnya memang tambah lagi sepuluh orang,” ujarnya.

Saat dikaitkan dengan geng motor Klewang yang sempat eksis sekitar 2013 lalu dengan aksi sadis dan kekerasannya, Halim membantah adanya pemain lama dalam geng motor King Of King tersebut.

“Bukan pemain lama. Ini pemain baru. Anak-anak hanya ikut-ikutan, dewasa yang berbuat,” jelasnya.

Untuk mencegah kejadian ini berulang polisi rutin melakukan patroli 24 jam. Hal ini dilakukan agar pergerakan geng motor ini semakin sempit. “Rutin berapa jam sekali. Ada petugas kami. Polisi 24 jam selalu siaga,” imbuhnya.

Untuk saat ini, pihak kepolisian masih mengembangkan kasus jika ada tindakan kriminal lain yang dilakukan geng motor ini. Seperti, pencurian, penjambretan hingga balap liar dilakukan anggota geng motor tersebut.

 “Untuk itu, kita sedang melakukan pedalaman,” singkatnya.

Menurutnya, secara umum, warung internet (warnet) satu dari banyak tempat berkumpulnya anak remaja saat ini. Yang mana, warnet memang orientasinya kini menargetkan anak-anak untuk bermain game online.

“Menjamurnya warnet ini jadi tempat ajang kumpulnya, fenomenanya seperti itu. Tapi, bukan hanya untuk kasus ini tapi merata untuk semua kasus,” tutupnya.(man/*/rio/yls)

(Laporan TIM RIAU POS, Kota)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook