Buku Bujang Tan Domang Dibedah di Aula FKIP Hari Ini

Pekanbaru | Jumat, 27 September 2013 - 13:26 WIB

Buku Bujang Tan Domang Dibedah di Aula FKIP Hari Ini
Buku Bujang Tan Domang karya Tenas Effendy.

PEKANBARU (RP) - Buku Bujang Tan Domang yang disusun Tenas Effendy, akan dibedah dalam sebuah diskusi di aula Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Riau (UIR), Jumat (27/9) pukul 14.00 WIB siang ini. Sastrawan muda Riau, Alvi Puspita SS MA, akan menjadi pembicara tunggal dalam acara ini. Alvi yang menyelesaikan S-2 di Fakultas Ilmu Budaya UGM, menulis tesisnya dengan mengkaji buku tersebut  lewat pendekatan mitos Roland Barthes.

Pembina Komunitas Paragraf, Marhalim Zaini SSn MA, menjelaskan, komunitasnya bekerja sama dengan Dewan Kesenian Riau (DKR) dan FKIP UIR sangat bangga bisa menggelar diskusi tentang buku tersebut. Menurutnya, Bujang Tan Domang sangat penting bagi sastra lisan Riau, Indonesia, maupun internasional. Buku tersebut sudah menjadi master peace dunia sastra lisan daerah ini. Banyak ilmuwan internasional yang sudah mengkajinya, dan menjadi bahan diskusi di berbagai universitas di Eropa, Australia, Amerika, maupun di Asia. Banyak sarjana maupun peneliti asing menjadikannya sebagai bahan skripsi, tesis, maupun disertasi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

“Kami tergerak untuk mendedahnya agar generasi sekarang memahami  isi kandungan buku tersebut. Bujang Tan Domang mengandung nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal yang sangat khas Riau,” jelas sastrawan pengajar sastra di beberapa universitas di Riau ini.

Menurut Marhalim, di Riau, sangat jarang ada pembahasan tentang buku tersebut, padahal di beberapa universitas di luar Riau, bahkan di negara lain, diskusi dan pembahasan tentang Bujang Tan Domang sering dilakukan. Selain itu, tradisi untuk membukukan sastra lisan yang hidup sejak lama di beberapa daerah di Riau juga jarang, sehingga dengan mengingatkan orang tentang sastra lisan ini diharapkan perhatian masyarakat dan pemerintah akan sastra lisan menjadi lebih intens.

Ketua Komunitas Paragraf yang juga ketua pelaksana diskusi, Febby Fortinella Rusmoyo, berharap masyarakat sastra secara luas, mahasiswa sastra, atau para peminat sastra bisa hadir untuk ikut berdiskusi dalam acara ini. “Kami undang hampir semua sastrawan, mahasiswa dan masyarakat yang memiliki perhatian terhadap sastra untuk datang,” jelas Febby.

Bujang Tan Domang merupakan sebuah buku hasil kerja Tenas Effendy yang disunting oleh Al azhar dan Henri Chambert-Loir. Cetakan pertama diterbitkan pada tahun 1997 oleh Yayasan Bentang Budaya bekerja sama dengan Ford Foundation dan The Toyota Foundation. Cetakan kedua diterbitkan oleh Ecole Francaise d’Extreme-Orient dan Yayasan Obor Indonesia pada Desember  2008.

Buku ini terdiri dari tiga bagian utama. Bagian pertama adalah prakata dari Henri Chambert-Loir yang ia sertai dengan ringkasan cerita Bujang Tan Domang. Bagian kedua merupakan pendahuluan oleh Tenas Effendy yang berisikan sedikit pemaparan tentang metode yang ia gunakan serta sedikit penjabaran tentang Petalangan, Nyanyi Panjang dan kandungannya. Bagian ketiga yaitu cerita Bujang Tan Domang yang terdiri dari teks dalam bahasa Petalangan dan teks terjemahan Indonesia. Sedangkan bagian buku berikutnya adalah daftar kata Petalangan dan ringkasan.

Buku ini mengangkat sebuah teks yang hegemonik milik masyarakat Petalangan di Riau yaitu teks nyanyi panjang tombo. Nyanyi panjang tombo berisi kisah perjalanan tokoh wira pesukuan (cerita asal-usul), hukum-hukum adat, tunjuk ajar,  serta batas-batas tanah ulayat. Oleh karena itu teks ini sangat berperan penting dalam masyarakat pemiliknya sehingga pewarisannya pun harus sesuai dengan ketentuan adat Petalangan. Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh menyampaikan nyanyi panjang tombo setelah serangkaian proses seleksi ketat yang dilakukan secara adat.(hbk)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook