PEKANBARU (RP) - Angkutan kota jenis oplet tetap saja eksis meski harus bersaing dengan kemajuan tranportasi di Kota Pekanbaru.
Dengan beroperasi bus Trans Metro Pekanbaru (TMP) diputuskan pemerintah jika keberadaan oplet tidak bakal dilakukan peremajaan.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Pekanbaru, angkutan yang cukup klasik ini berjumlah sebanyak 1.800 armada.
Oplet masih diperbolehkan untuk beroperasi sampai nanti mereka bakal diajak bergabung dengan PD Pembangunan.
‘’Tidak ada peremajaan lagi, ke depan mereka bakal diajak bergabung dengan PD Pembangunan. Untuk sementara ini ya tetap boleh beroperasi sesuai dengan trayeknya,’’ ungkap Kepala Dishubkominfo Kota Pekanbaru, Dedi Gusriadi kepada Riau Pos, Kamis (26/9).
Setelah bergabung dengan PD Pembangunan, maka mereka memiliki dua pilihan. Bisa patungan dengan pemilik oplet lainnya untuk membeli bus atau dengan menanamkan modal ke PD Pembangunan.
‘’Kedua-duanya boleh dipilih mereka (pemilik oplet). Ini sudah ada pertemuan dan bakal disosialisasikan oleh pihak Organda,’’ sebut Dedi lagi.
Seperti direncankan tahun 2014, PD Pembangunan bakal menambah armada bus TMP. Penambahan bus tersebut sekitar 30-40 armada, tetapi jumlah ini belum pasti.
‘’Tahun depan ada penambahan bus lagi dan disinilah kita rangkul mereka (pemilik oplet) itu, untuk sama-sama bergabung dengan PD Pembangunan,’’ kata dia.
Sementara sebelum itu terealisasi, oplet dan bus kota tetap bisa boleh beroperasi seperti biasa. Melihat kondisinya oplet yang beroperasi saat ini seperti sudah tidak laik jalan. Itu terlihat dari fisik oplet.
Banyak oplet yang tidak dilengkapi standar kelaikan jalan seperti ban sudah gundul, lampu rem sudah blong, kaca yang dilapisi stiker dan bahkan banyak oplet yang ber cat air brush dengan penuh corak.
Bahkan banyak oplet yang bodinya sudah banyak yang keropos dan yang lebih mengesalkan penumpang, sopir melengkapi oplet dengan sound sistem dan speker besar yang terlihat tidak sesuai ukuran.
Dengan musik yang keras tersebut penumpang bertambah tidak nyaman. Yang lebih parah lagi banyak sopir oplet yang tidak memiliki SIM karena memang supir tembak.
Untuk hal tersebut tetap menjadi perhatian Dishub. Oplet yang tidak dilengkapi surat kendaraan dan tidak memenuhi standar laik jalan dibuktikan juga dengan buku pengujian kendaraan bermotor (PKB) atau Keur-nya, maka bakal tertangkap razia ketika petugas menggelar razia.
‘’Sudah banyak oplet dan bus kota yang kita tilang ketika menggelar razia gabungan,’’ ungkap Dedi. Berdasarkan data Dishub setidaknya mencapai 300 angkutan umum yang tertangkap dalam razia rutin petugas Dishub dengan Satlantas.
Sampai sekarang keberadaan operasional oplet dapat dijumpai di persimpangan Jalan Imam Munandar, Jendelar Sudirman, Ahmad Yani dan Jalan Sekolah Rumbai. Bedanya oplet ke Rumbai tersebut berwarna kuning.
Picu Kemacetan
Ulah supir oplet yang menghentikan kendaraannya sembarangan, tidak jarang menimbulkan kemacetan. Tempat berhenti salah satu angkutan umum ini kadang mengambil tempat di depan persimpangan serta di badan jalan. Kondisi ini seringkali dikeluhkan para pengendara lainnya.
Seperti di tuturkan Bobi (28) warga Kecamatan Payung Sekaki kepada Riau Pos, Kamis (25/9). Menurutnya, para pengendara oplet banyak yang ugal-ugalan, sehingga membahayakan pengendara lainnya.
Begitu juga ketiga berhenti atau parkir menungu penumpang, supir oplet terkesan main enak sendiri tanpa mempertimbangkan pengendara lainnya.
‘’Biasanya kalau mau berhenti untuk menurunkan atau menaikkan penumpang, mereka seringkali berhenti mendadak. Apalagi lampu-lampu isyarat seperti sain tidak menyala. Sehingga membahayakan pengendara yang berada di belakang atau di samping oplet yang dikendarainyanya.’’ ujar Bobi.
Hamidah (50) warga Kecamatan Tampan, salah satu penumpang yang sering menggunakan oplet mengaku, seringkali kendaraan yang dijalankan tidak laik jalan. Sehingga penumpang terpaksa turun di jalan dan berpindah kepada angkutan lainnya.
‘’Selain itu, kalau menumpang dioplet, seringkali terlalu lama menunggu baru mulai jalan. Pingen ke luar untuk ganti angkutan lain, supir dan kernetnya malah marah-marah dan tidak jarang berkelahi dengan supir oplet tempat kita pindah. Padahal kita mau cepat-cepat tetapi mereka malah tidak jalan-jalan, malah kadang mundur untuk menunggu penumpang dari ujung gang,’’ keluhnya.(ilo/*4)