KOTA (RP) - Sering padamnya lampu traffic light Simpang Pasar Arengka, selain membuat arus lalu lintas jadi macet, berimbas pada menurunnya pendapatan penjual koran. Bahkan pengamen dan pengemis pun ikut merasakan imbasnya.
Panas terik menyapa Kota Pekanbaru, Sabtu (24/8). Kondisi ini tidak membuat sejumlah pengamen di Simpang Pasar Pagi Arengka (Jalan Soekarno-Hatta) menyurutkan niatnya untuk menjalani profesi baru mereka. Namun sayangnya baru satu jam traffic light padam, dua personel Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) langsung turun untuk mengatur lalu lintas di Simpang Pasar Pagi Arengka.
Tidak berapa lama kemudian, dua personel Satlantas mulai kewalahan. Pasalnya traffic light padam dari pukul 13.00 WIB hingga pukul 19.30 WIB. Kesempatan yang telas ditunggu-tunggu sejumlah pengamen langsung mereka manfaatkan. Pasalnya dua personel Satlantas mulai kelelahan berjemur mengatur lalu lintas di Simpang Pasar Pagi Arengka.
‘’Polisi tadi sudah pulang, karena kacau lagi lalu lintasnya, kami kembali menawarkan jasa untuk membantu pengendara yang terjebak macet,’’ tutur Romi (18), salah satu pengamen yang beralih profesi mengatur arus lalu lintas di Simpang Pasar Pagi Arengka.
Setiap traffic light padam, Romi bersama teman-temannya selalu mengatur arus lalu lintas di Simpang Pasar Pagi Arengka. Setiap kendaraan roda empat atau lebih yang terjebak macet mereka tawari untuk membantu dengan imbalan seribu rupiah. Namun jika supir enggan membayar jasa mereka, mereka berpindah ke mobil ataupun truk lainnya. Tidak ada supir yang mereka ganggu, apalagi memaksa mereka untuk membayar jasa.
Bahkan Agus (11), pengamen cilik yang ikut membantu mengurai kemacetan, tidak mendapat uang sama sekali. ‘’Saya cuma main-main,’’ tutur Agus dengan lugunya.
Tidak jarang mereka hampir ditabrak sepeda motor yang tiba-tiba muncul di balik mobil yang mereka bantu. ‘’Untung tidak tertabrak, tetapi kita mesti waspada,’’ tutur Adit (12), rekan Agus.
Berbeda dengan Agus yang hanya sekedar bermain sambil membantu pengemudi ke luar dari macet, Adit lumayan dapat banyak uang seribu dan dua robuan. Setelah dihitung ternyata Agus telah mendapat upah dari jerih payahnya sebanyak Rp26 ribu.
Setelah Riau Pos berbincang-bincang dengan mereka, ternyata Adit merupakan adik kandung Romi, dua kakak beradik ini telah dua tahun merantau dari Kota Padang Sumatera Barat. Sedangkan Agus mengaku dari Medan, tetapi sudah bisa berbahasa Minang campuran ocu.(*4)