PEKANBARU (RP) - Masih tidak terima dengan pembongkaran paksa pondok jagung bakar pada Senin (25/6), para pedagang memblokir Jalan OK Jamil, belakang Purna MTQ, tempat mereka biasa berjualan, Selasa (26/6). Pedagang juga mendatangi Kantor Wali Kota Pekanbaru.
Pantauan Riau Pos, kayu-kayu dan plastik sisa dari tenda milik pedagang jagung sampai Selasa (26/6) masih berserakan, sehingga menutup akses jalan tersebut. beberapa bunga tampak disusun menutupi jalan.
Kayu-kayu itu sengaja diserakan di jalan oleh para pedagang yang kecewa terhadap personel Satpol PP, karena membongkar lapaknya. Pembongkaran tenda milik pedagang jagung itu tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu.
‘’Kita akan tetap biarkan kayu-kayu bekas tenda ini di jalan. Ini menunjukan rasa kekecewaan kita terhadap pemerintah yang telah bertindak sewenang-wenang terhadap orang miskin seperti kami,’’ ujar Joni, salah satu pedagang yang terlihat masih ada di sekitar lokasi, Selasa (26/6).
Dia menyebutkan, mereka telah sepakat akan melarang petugas yang berani membersihkan kayu-kayu sisa pembongkaran lapak tersebut, sebelum adanya solusi dari pemerintah.
‘’Pedagang akan melarang siapapun yang membersihkan sisa kayu di jalan ini. Mereka minta solusi dari pemerintah. Pedagang juga sudah menderita kerugian yang cukup besar akibat tenda dan lapak di rusak Sapol PP,’’ terangnya.
Tenda pedagang jagung yang belum dibongkar paksa masih tersisa dua jalur lagi. Mereka kebingungan ingin pindah ke mana jika dibongkar Sapol PP. ‘’Kita bingung juga mau pindah ke mana, kalau-kalau dibongkar juga,’’ kata Jijin pedagang jagung yang lapaknya belum dibongkar tersebut.
Datangi Kantor Wali Kota
Sementara itu, puluhan yang tergabung dalam Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Kota Pekanbaru mendatangi Kantor Wali Kota, Selasa (26/6). Kedatangan para pedagang ini untuk menyampaikan aspirasinya, terkait penggusuran pondok jagung yang dilakukan oleh Satpol PP Kota Pekanbaru.
Pedagang meminta pondok yang sudah dihancurkan itu dibangun kembali. ‘’Selama ini kami tidak pernah mau membuat keonaran di Kota Pekanbaru, karena kami sangat ingin sekali menjadikan Kota Pekanbaru, sebagai kota metropolitan yang madani. Tapi sekarang pemerintah malah melakukan penggurusan terhadap kami, berarti pemerintah mengajak masyarakat untuk bermain-main,’’ ungkap salah seorang pendemo, Emi dalam orasinya.
Sementara Antoni Putra, selaku Ketua DPK SRMI Kota Pekanbaru mengatakan, sebelumnya memang sudah ada kesepakatan untuk merubuhkan semua tenda yang dijadikan sebagai tempat berjualan jagung bakar di Jalan OK Jamil. Tapi pembongkaran terhadap tenda-tenda itu dilakukan secara bersama-sama. Selanjutnya akan dibangun dengan yang seragam.
‘’Pedagang berjualan di sana tidak lebih hanya untuk mencari makan. Kalau mereka tidak berjualan lantas pakai apa mereka mau makan. Kalau mereka tidak makan, maka apa yang akan terjadi, mereka semua bisa mati,’’ katanya.
Usai melakukan orasi lebih kurang 30 menit, sebanyak lima orang utusan dari SRMI sebagai perwakilan untuk bertemu langsung dengan Wakil Wali Kota Pekanbaru. Dalam pertemuan itu Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi SSi mengatakan, pemerintah tidak pernah melarang para pedagang untuk berjualan. Tapi ada aturan yang mesti dipatuhi.
‘’Sejauh ini visi Pemko Pekanbaru untuk menjadikan Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa masih belum berubah. Karena itu, peluang bagi pedagang untuk menghidupkan ekonomi di sektor perdagangan dan jasa sangat besar. Namun, tetap harus sesuai dengan aturan yang berlaku,’’ ujarnya.
Khusus menanggapi keberatan pedagang atas penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP, menurutnya hanya terjadi kesalahan komunikasi antara Satpol PP dengan pedagang. Namun pagi ini, Pemko akan mencarikan solusi terbaik agar pedagang tetap bisa berjualan. Salah satunya diwacanakan untuk memindahkan pedagang jagung di area Taman Labuai. Sehingga kelompok pedagang jagung bisa ditata dengan baik.(ilo/lim)