Gubri Syamsuar: Penanganan Abrasi Tidak Bisa Hanya Tanam Mangrove

Pekanbaru | Jumat, 27 Januari 2023 - 10:19 WIB

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan, dalam menangani abrasi yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Riau tidak cukup dengan menanam mangrove saja, namun harus dilakukan penanganan agar gelombang air laut berkurang.

''Abrasi kita ini banyak disebabkan oleh gelombang. Kalau cuma hanya tanam mangrove, terkena gelombang bisa hilang lagi,'' kata gubri.


Dikatakannya, untuk penanganan abrasi di Riau ini sebenarnya agak spesifik, karena ada pulaunya yang gambut dan ada yang tidak gambut. ''Jadi harus ada sesuatu yang kita buat untuk mengurangi terjadinya gelombang sehingga baru bisa menanam,'' tambahnya.

Gubri mengatakan, masalah abrasi juga sudah disampaikan ke pemerintah pusat di Jakarta dalam sosialisasi dana pengelola lingkungan hidup.

''Jadi saya sampaikan pada forum itu agar di Riau tidak hanya menanam mangrove namun juga dilakukan penanganan abrasi,'' terangnya.

Dijelaskan gubri lagi, masalah abrasi juga sudah disampaikan di forum nasional dan sudah ditanggapi oleh Kementerian terkait, dan dari pihak Kementerian pun sudah mengecek ke lapangan. 

''Mudah-mudahan Riau dapat dibantu oleh pusat,'' harapnya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau Mamun Murod mengatakan, jika persoalan abarsi di Riau yakni di Pulau Bengkalis, termasuk Pulau Rangsang dan Rupat sudah dibahas sebanyak tujuh kali antara Pemprov Riau, Pemkab Bengkalis dan Kepulauan Meranti bersama Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

''Karena persoalan ini menjadi kewenangan Kemenko Kemaritiman. Informasi terakhir dalam rapat itu, memang untuk penanganan abrasi di tiga pulau itu akan dibantu melalui bantuan dana dari Inggris. Tetapi bantuan itu sampai saat ini belum cair juga,'' katanya.

Sejauh ini, dia mengakui, memang sudah ada penanganan abrasi di tiga pulau tersebut yang dilakukan pemerintah pusat dengan membangun pemecah gelombang.

''Tapi per tahunnya itu pemecah gelombang yang dibangun itu sangat kecil sekali. Kalau tak salah dalam setahun itu hanya 1-2 kilometer (Km). Sementara abrasi yang terjadi di tiga pulau itu sudah mencapai 167 Km. Kalau 2 Km setahun, berarti membutuhkan 80 tahun untuk membangun pemecah ombak itu,'' ujarnya.(gem)

Laporan SOLEH SAPUTRA, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook