PEKANBARU (RP) - Traffic light di wilayah Kota Pekanbaru sudah mencapai 30 titik yang tersebar di persimpanga jalan.
Tak ada satu pun yang menggunakan energi tenaga surya seperti yang pernah di canangkan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru beberapa tahun silam.
Seluruh traffic light masih memanfaatkan energi dari listrik PLN, alhasil, jika listrik PLN padam, maka arus lalu lintas kacau balau karena lampu pengatur lalu lintas tersebut juga ikut padam.
Kepala Dishubkominfo Pekanbaru Dedi Gusriadi, mengatakan traffic light yang ada di Pekanbaru sebagian besar memang mengandalkan listrik PLN. Listrik PLN yang kerap dilakukan pemadaman juga berdampak pada traffic light.
‘’Pemadaman lampu traffic light yang kerap terjadi akibat padamnya listrik. Ya masih mengandalkan listrik PLN,’’ kata Dedi Gusriadi kepada Riau Pos, akhir pekan lalu.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Sarana dan Prasarana Dishub Azrial, menghibau agar masyarakat dapat menginformasikan terkait pemadaman traffic light.
Dengan begitu jika terjadinya kerusakan dapat segera diperbaiki dengan cepat sehingga tak menggangu arus lalu lintas.
‘’Akibat intensnya pemadaman PLN berdampak terhadap traffic light, terkadang membuat kerusakan di CPU dan mesinnya sering rusak. Jika diketahui oleh petugas patroli tentu dilakukan perbaikan segera, oleh karenanya kita minta masyarakat mau melapor,’’ sebutnya.
Persoalan Listrik Tak Kunjung Selesai
Wakil Ketua DPRD Kota Pekanbaru Dian Sukheri, menjelaskan persoalan yang terjadi dengan traffic light tidak terlepas dari permasalahan listrik, tidak hanya di Pekanbaru akan tetapi Riau secara umum.
‘’PLN Pekanbaru belum beres, kita turut prihatin dengan masalah ini. Kita punya kota yang katanya metropolitan tapi persoalan listrik saja tidak selesai,’’ kata Dian menanggapi persoalan traffic light banyak yang tidak berfungsi.
Menurut politisi PKS ini, sebenarnya ada teknologi yang memungkinkan traffic light tidak lagi bergantung kepada listrik, tapi bisa dengan tenaga surya.
‘’Memang untuk Pekanbaru sudah ada yang menggunakan tenaga surya, tapi seharusnya semua traffic light itu menggunakan tenaga surya, dan ini perlu dilakukan revitalisasi penggunaan tenaga surya,’’ jelas Dian.
Contohnya, saat bermasalah seperti saat ini, traffic light bergantung kepada listrik, jelas menjadi payah. Traffic light-nya jadi tidak berfungsi, ini jadi perhatian umum dan mengakibatkan kemacetan di setiap persimpangan yang traffic light-nya padam.
‘’Ini kan bagian dari layanan masyarakat soal ketersediaan traffic light itu, maka harus bisa dimaksimalkan fungsinya,’’ tambahnya.
Dijelaskan Dian lagi, semua orang harus tahu bahwa fungsi traffic light itu adalah sebagai fungsi pengaturan, pengarahan dan peringatan pada pengendara maupun pejalan kaki.
Tentunya dengan menggunakan tanda lampu yang ada di traffic light itu, seperti petunjuk untuk berhenti, bersiap, dan berjalan.
‘’Semua pasti tahu kalau lampu merah menyala berarti semua pengendara berhenti, kuning bersiap untuk jalan dan lampu hijau adalah saatnya untuk berjalan. Ada lagi tanda belok kiri jalan terus, ini saya pikir bisa dimengerti,’’ sebutnya lagi.
Diminta, traffic light yang berada di titik-titik vital, harus diperhatikan betul oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dan juga Satlantas dari Polresta Pekanbaru.
‘’Jadi, kalau saat ini masih banyak mengandalkan listrik, jika terjadi lampu padam atau terjadi kemacetan petugas harus stanby mengaturnya, baik dari Satlantas maupun Dishubkominfo, jangan dibiarkan jalur menjadi padat dan macet,’’ tegasnya.
Yang pasti dikatakan Dian, dinas dan Satlantas sudah pahamlah soal bagaimana mengatasi dan melakukan pengawasan terhadap traffic light itu agar semua bisa tertib. ‘’Harus ada solusi, dan siapkan petugas untuk mengaturnya,’’ singkatnya lagi.
Jadi persoalannya juga, berfungsi pun traffic light itu, namun kemacetan juga tetap terjadi. Ini disebutkannya, seperti ada proses adaptasi bagi masyarakat. Karena dinilai Dian masyarakat masih belum terbiasa dengan aturan yang menggunakan traffic light ini.(ilo/gus/*6/rnl)