Jantung Koroner Paling Mematikan

Pekanbaru | Senin, 26 Agustus 2013 - 09:34 WIB

PEKANBARU (RP) - Sindrom koroner akut (Acute Coronary Syndrome) merupakan serangan jantung yang paling banyak terjadi.

Karenanya, penyakit jantung masih merupakan penyakit paling mematikan di tengah masyarakat saat ini, tidak terkecuali di Pekanbaru.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Hal tersebut diungkapkan Ketua Panitia Pekanbaru Cardiology Update 2013 dr Nathania MK SpJP yang didampingi Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (Perki) Pekanbaru dr Dyah Siswwanti SpP menjawab Riau Pos, pada simposium jantung tersebut di Hotel Pangeran Sabtu (24/8).

Kondisi tersebut menurut Nathania menyebabkan Perki secara berkala dua tahun sekali mengadakan simposium untuk menginformasikan tentang perkembangan terbaru tentang penyakit jantung.

‘’Karenanya simposium ini akan membahas tenteng sindrom koroner akut dari A sampai Z, sehingga semua perkembangan tentang penyakit jantung serta penanganan dan pencegahannya akan dipaparkan secara jelas,’’ ujar Nathania yang menyebut acara ini diikuti oleh tenaga kesehatan seperti perawat, dokter umum, dokter spesialis jantung, maupun mahasiswa kedokteran.

Menurutnya, penyakit jantung bukan hanya urusan dokter spesialis jantung, karena umumnya masyarakat mendapat informasi tentang penyakitnya dari dokter umum.

Untuk itu, dokter umum merupakan ujung tombak pelayanan medis di institusi kesehatan pertama yang dicari pasien.

Penyakit jantung koroner, ujarnya, adalah penyakit jantung yang muncul karena adanya penyumbatan atau penyempitan saluran arteri pada jantung atau arteri koroner (saluran arteri yang menuju ke jantung), sehingga darah, sari-sari makanan dan oksigen  tidak dapat masuk ke dalam jantung.

Jika dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera ditangani dengan serius, akan menyebabkan serangan penyakit jantung koroner.

Umumnya, penderita penyakit jantung koroner tidak mengetahui telah terserang penyakit tersebut karena tidak mengetahui ciri-cirinya.

Kondisi ini menyebabkan orang meremehkan dan membiarkan semua gejala penyakit jantung koroner, ketika menemui tanda-tanda penyakit tersebut.(tie)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook