KOTA (RP)- Usai pelaksanaan Ujian Nasional (UN), tiba saatnya siswa kelas 3, baik SMP maupun SMA melakukan perpisahan. Saat ini, sejumlah sekolah di Pekanbaru lebih senang melaksanakan perpisahan di hotel-hotel. Pelaksanaannya pun di hari efektif sekolah.
Seperti, Kamis (25/4) kemarin, dua sekolah yaitu SMAN 12 dan SMAN 14 menghelat perpisahan siswa kelas 3 mereka di dua hotel berbeda di Pekanbaru. SMAN 12 yang beralamat di Jalan Garuda Sakti perpisahan di Hotel Aryaduta, sedangkan SMAN 14 yang beralamat di Jalan Tengku Bey menghelat perpisahan di Hotel Mutiara Merdeka.
Meski terkesan mewah dan dilaksanakan pada jam belajar aktif, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Pekanbaru Prof Dr Zulfadil MBA tidak mempersoalkannya. Bahkan waktu menelepon Riau Pos, Fadil mengaku baru saja dari Hotel Mutiara Merdeka menghadiri acara perpisahan tersebut.
‘’Sebenarnya, acara perpisahan ini bukan acara sekolah semata, tetapi sudah atas persetujuan para orang tua/wali murid. Jadi, tidak masalah dilaksanakan di hotel. Asalkan jangan sampai memberatkan siswa-siswi yang tidak mampu. Sedangkan jam belajar yang terpakai, sekolah sudah membuat komitmen akan mengganti jam pelajaran tersebut di hari yang lain,’’ katanya.
Pihaknya, kata Fadil, sudah mengingatkan semua kepala sekolah agar memberikan keringanan kepada siswa-siswi yang tidak mampu, kalau memang acara perpisahan tersebut ingin dilaksanakan. ‘’Siswa yang tidak mampu mesti diberi keringanan seringan-ringannya,’’ ujar Fadil lagi memberi ketegasan.
Lagi pula, tambah Fadil, acara perpisahan ini biasanya menjadi momen terakhir dan kenangan yang sulit dilupakan para siswa-siswi yang akan tamat tersebut. ‘’Waktu saya sekolah dulu juga seperti itu. Kami perpisahan di gedung dan juga ikut membayar. Jadi, karena ini momen terakhir dan kenang-kenangan yang sulit dilupakan, itulah alasan kenapa selalu acara perpisahan ini diadakan,’’ bebernya.
Soal adanya sekolah yang juga mewajibkan siswa-siswi di kelas 1 dan 2 untuk ikut menyumbang pada pelaksanaan acara perpisahan tersebut, Fadil juga tidak mempersoalkannya. Karena kata dia, mungkin sekarang para siswa ini ikut menyumbang untuk kakak kelasnya, dan tahun depan adik-adik kelasnya pula yang menyumbang untuk mereka.
‘’Kalau ada sekolah yang mewajibkan siswa kelas 1 dan 2 untuk ikut menyumbang biaya perpisahan, itu juga bentuk jiwa gotong royong di sekolah. Karena sekarang, yang kelas 1 dan 2 ikut menyumbang dan tahun depan adik-adik kelasnyalah yang menyumbang untuk mereka. Asalkan, sekali lagi, tidak memberatkan dan tidak dipaksa,’’ ujarnya.(uli)