PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Dinas Kesehatan (Diskes) kota Pekanbaru menyatakan kabut asap tebal yang berdampak pada memburuknya kualitas udara, tidak bisa membuat orang meninggal dunia.
"Kalau menurut saya tidak bisa orang meninggal karena kabut asap, apabila tidak disertai penyakit lainnya. Misalnya penderita penyakit asma, dikarenakan adanya kabut asap bisa memicu penyakit asmanya semakin parah sehingga meninggal, " ujar Hamdan, Kepala Seksi Pencegahan Penyakit dan Pengendalian KLB Diskes kota Pekanbaru, Sabtu (24/10/2015)
Terkait meninggalnya Ramadhani Lutfie Earli bocah 9 tahun beberapa waktu lalu, menurut Hamdan bukan disebabkan oleh kabut asap. "Saya mendapat informasi bahwa anak itu pergi pagi saat pulang pada sorenya tau dia muntah-muntah disertai kejang-kejang. Kata orang tuanya sebelumnya Lutfie tidak terjangkit penyakit apa pun. Luftie lalu dibawa ke rumah sakit dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir akibat lambat di bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan, jadi dia meninggal bukan karena kabut asap," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan bocah 9 tahun yang bernama bernama Ramadhani Lutfi Aerli yang beralamat Jalan Pangeran Hidayat Gg Nikmat RT 01/RW 06, mengembuskan nafas terakhir di rumah sakit Santa Maria, Rabu (21/10/2015) pada pukul 05.00 WIB setelah mengalami sesak nafas akibat paru-parunya sudah dipenuhi udara yang mengandung asap.
Eri Wiria, Ayahanda Lutfi menceritakan bahwa anaknya pada pukul 23.00 WIB mengalami muntah-muntah, setelah muntah itu dibersihkan, almarhum kesulitan dalam bernafas. Kondisinya semakin menurun sehingga membuat dirinya langsung membawa ke Rumah Sakit Santa Maria untuk mendapatkan pertolongan.
Ketika Lutfi sampai di Rumah Sakit, kata Er, anaknya langsung mendapatkan pertolongan medis hingga di rontgen.Usai di rontgen pihaknya harus menunggu selama dua jam untuk mengetahui pasti apa penyebab anaknya sakit.
Hasil rogten menunjukan ada seperti awan diparu-paru sehingga kadar oksigen semakin tipis.
Laporan: Riri R Kurnia
Editor: Yudi Waldi